SOLOPOS.COM - Bekas gubuk yang dibakar tentara Myanmar (Independent.co.uk)

Kisah tragis kali ini tentang warga Rohingya yang dibakar hidup-hidup oleh tentara Myanmar.

Solopos.com, SOLO – Kekerasan yang dilakukan tentara Myanmar di negara bagian Rakhine membuat warga muslim Rohingya mengungsi. Sampai saat ini, ada puluhan ribu orang mendirikan tempat pengungsian di Bangladesh. Mereka datang dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Kekejaman tentara Myanmar membuat para pengungsi merasakan trauma. Mereka takut dibunuh jika kembali ke sana. Seorang warga Rohingya yang berhasil selamat, Abdul Karim, menceritakan pengalaman pahitnya melihat saudaranya dibunuh.

“Saudaraku tewas. Tentara Myanmar membakar saudaraku hidup-hidup. Kejadian mengerikan ini juga menimpa beberapa orang lain yang disandera,” kata Abdul Karim seperti dilansir The Independent, Minggu (3/9/2017).

Menurut Karim, saudaranya ditahan bersama beberapa orang lainnya di sebuah gubuk. Setelah disandera beberapa hari, tentara Myanmar langsung membakar gubuk tersebut. “Mereka yang ditahan di gubuk itu dibakar hidup-hidup. Kami bahkan menemukan beberapa mayat di area persawahan. Semua mayat itu memiliki bekas luka tembak,” sambung dia.

Karim semakin sedih setelah menemukan jasad dua keponakan dan kakak iparnya. Kondisi tiga mayat itu tak berbeda jauh dari yang ditemukan sebelumnya. “Mayat dua keponakanku ditemukan tanpa kepala. Sementara kakak iparku meninggal karena ditembak,” imbuh dia.

Cerita mengerikan datang dari korban lain bernama Sultan Ahmed. Ia menceritakan pengalamannya melihat pembantaian sadis itu. “Aku melihat beberapa orang dipenggal. Aku bersembunyi di dalam rumah ketika warga dari desa lain melakukan pembantaian. Mereka menghancurkan semuanya,” tutur Ahmed.

Pembantaian yang dilakukan kepada muslim Rohingya mendapat kecaman dari sejumlah pejabat negara. Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, menyerukan agar kekerasan itu diakhiri. Ia menilai pembantaian itu menodai reputasi Myanmar di mata dunia.

Senada dengan Boris Johnson, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga menyerukan hal yang sama. Ia menuding beberapa pihak menutup mata atas krisis kemanusiaan itu. Ia berharap krisis itu segera berakhir dan warga Rohingya bisa memulai kehidupan baru dengan tenang.

Juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Vivian Tan, mengatakan ada sekitar 73.000 warga Rohingya yang mengungsi sejak 25 Agustus 2017 lalu. Saking banyaknya, para relawan sampai kewalahan mengurus pengungsi yang membutuhkan perawatan kesehatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya