SOLOPOS.COM - Fauzia Mohamud, wanita asal Somalia yang ingin menetap di Amerika Serikat (Bbc.com)

Kebijakan imigrasi Trump membuat impian beberapa orang ini hancur.

Solopos.com, SOLO – Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melarang masuknya imigran dari tujuh negara Timur Tengah terus menuai kontroversi hingga kini. Keputusan tersebut langsung berdampak pada beberapa orang, salah satunya Fauzia Mohamud, seorang wanita asal Somalia yang telah 27 tahun mengungsi di Kenya.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Dalam sebuah video yang diunggah BBC, Senin (30/1/2017), Fauzia mengaku amat sedih mendengar keputusan Trump melarang imigran dari tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim masuk ke Amerika Serikat selama tiga bulan. Adapun ketujuh negara adalah Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman.

“Larangan tersebut menghancurkan semua harapanku. Negaraku sudah tidak aman, itulah sebabnya aku ingin memulai kehidupan baru di Amerika Serikat. Awalnya, aku diberi tahu permintaan untuk bermukim di Amerika Serikat sudah diterima. Aku berharap bisa segera pindah ke sana dalam waktu dekat. Tapi, kebijakan baru itu membuatku hancur,” tutur Fauzia.

Fauzia Mohamud, wanita asal Somalia yang ingin menetap di Amerika Serikat (Bbc.com)

Fauzia Mohamud, wanita asal Somalia yang ingin menetap di Amerika Serikat (Bbc.com)

Hal yang sama juga dialami Fatuma Hassan, 18. Ia merupakan wanita keturunan Somalia yang lahir di tenda pengungsian Dadaab, Kenya. Ia merasa khawatir setelah mendengar keputusan Trump.

“Awalnya, kami mengira Amerika Serikat adalah tempat tinggal masa depan. Tapi, saat ini aku tak yakin apakah masih bisa menetap di sana. Sementara di sini, aku merasa khawatir akan menjadi sasaran teroris. Tak ada lagi tempat yang aman di sini,” kata Fatuma.

Selain Fauzia dan Fatuma, Fuad Sharef Sulaeman, seorang pria asal Irak yang pernah bekerja di negara Paman Sam juga merasa kecewa dengan kebijakan tersebut. Ia mengaku telah menjual seluruh harta yang dimiliki untuk memulai kehidupan baru di Amerika Serikat.

“Aku telah merencanakan kepindahan ke Amerika Serikat selama dua tahun. Aku amat menyesal melihat kondisi anak-anakku yang berhenti sekolah karena kondisi ini,” ungkap Fuad seperti dikabarkan Washington Post.

Menurut Fuad, ia telah melewati seluruh proses pindah ke Amerika Serikat. Ia bahkan telah memiliki visa karena sudah memenuhi persyaratan yang ada. Namun, impiannya itu harus dikubur dalam-dalam akibat kebijakan pembatasan imigran.

Hal serupa juga dialami oleh Geoegette Abu Assali, warga Suriah yang ditolak masuk bandar udara Philadelphia, Amerika Serikat. Kedatangannya itu dimaksudkan untuk menemui anaknya yang telah tiga tahun bekerja di sana.

“Saya meminta tolong kepada petugas bandara untuk menelepon anakku, tapi mereka menolak. Aku ingin menetap di sini, karena banyak orang mengatakan hal-hal indah yang ada di negara ini. Tapi, kejadian yang aku alami ini berbanding terbalik dengan cerita mereka,” tutur Abu Assali.

Lebih lanjut, Abu Assali mengatakan ia dan keluarganya terpaksa menginap di bandara selama dua hari, karena tidak memiliki uang. Semua tabungannya telah habis dipakai untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. (Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya