SOLOPOS.COM - Ilustrasi perempuan (JIBI/Dok)

ilustrasi (google img)

Setiap orang pasti mengharapkan pekerjaan layak dan tidak mau melakoni profesi yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Prinsip itu pun juga dipahami oleh ibu empat anak ini, sebut saja Suparmi, 45. Setelah berikrar menjalin rumah tangga, warga Klaten ini memilih pekerjaan sebagai pedagang pakaian di Kota Gudeg, Jogja.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Dari hasil berdagang pakaian, Suparmi bersama sang suami dapat membiayai pendidikan sang buah hati. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari boleh dikata lebih dari cukup. Namun semua itu hanya tinggal cerita dan kenangan. Kini, Suparmi tak punya apa-apa. Rumah pun mengontrak. Tidak hanya itu, Suparmi menjadi tulang punggung keluarga.

Perubahan nasib hidup Suparmi bermula kala sang suami yang menjadi tumpuan keluarga mengalami kecelakaan tabrak lari sekitar satu tahun lalu. Akibat kecelakaan tersebut, suami Suparmi mengalami luka cukup parah pada dua kakinya yang menyebabkan tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Sejak petaka itu, uang modal dagang Suparmi habis untuk membiayai perawatan dan pengobatan sang suami.

Ditambah lagi, dua anaknya masih menjadi tanggungan Suparmi. Dalam keadaan terdesak itulah, Suparmi tak punya pilihan kerja selain melakoni profesi sebagai tenaga pemijat sembari melayani pria hidung belang. ”Mau gimana lagi, jika harus berdagang juga terkendala modal,” cerita Suparmi kepada Solopos.com, di Mapolsek Banjarsari, Jumat (6/4/2012).

Suparmi menyadari, pekerjaan yang dijalani sekarang bertentangan dengan batinnya. Jika disuruh memilih, Suparmi ingin segera keluar dalam dunia hitam. ”Saya baru enam bulan lalu menjalani profesi seperti ini. Itupun atas seizin suami. Hutang saya mencapai jutaan rupiah. Minimal jika semua hutang terlunasi, saya enggak mau lagi seperti ini,” kata Suparmi.

Suparmi merupakan satu dari lima pekerja seks komersial (PSK) yang terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) yang digelar jajaran Polsek Banjarsari, Rabu (4/4/2012) malam hingga Kamis dini hari. Para PSK itu digaruk di kawasan Gilingan dan belakang Terminal Tirtonadi Solo.

Bersamaan dengan itu, Polsek Banjarsari juga mengamankan 24 pemabuk dalam gelar operasi pekat pada Kamis (5/4) malam hingga Jumat (6/4) dini hari. Mereka terjaring saat pesta minuman keras (miras) jenis ciu di sembilan lokasi di kawasan Banjarsari. Dari tangan pemabuk, petugas menyita puluhan liter ciu yang dikemas dalam botol air mineral.

”Para PSK akan dijerat tindak pidana ringan (tipiring). Sedangkan para pemabuk ada yang kena tipiring, adapula yang hanya dibina,” tegas Kasi Humas Polsek Banjarsari, Ipda Agus Sarwono, didampingi Kanit Reskrim, AKP Edi Hartono, kepada wartawan, Kamis.

Menurut Agus yang juga mewakili Kapolsek Banjarsari, Kompol Andhika Bayu Adhittama, para pemabuk rata-rata menghabiskan malam libur panjang. Salah satu pemabuk, Toni, 26, mengakui pesta miras saat hendak pulang kerja. ”Waktu itu kami nongkrong bersama teman kerja. Karena hawa dingin, kami sepakat mencari minuman untuk menghangatkan tubuh,” aku Toni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya