SOLOPOS.COM - Kisah Misteri mendaki Merbabu via Suwanting (Instagram)

Kisah misteri kali ini dari dua pria yang mendaki Gunung merbabu via jalur Suwanting.

Solopos.com, JOGJA – Sebuah kisah misteri tentang gangguan sosok berwujud anak-anak diunggah di akun Instagram @urban.hikers, Kamis (21/12/2017). Dua pendaki yang mendaki Gunung Merbabu melalui jalur Suwanting menjadi saksi hidup peristiwa tersebut.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Cerita tersebut dikirim pengguna akun @ranggakaelangit ke akun @urban.hikers. Dalam ceritanya, Angga mengaku mendaki bersama temannya bernama Aji. Pendakian itu dilakukan di momen-momen menjelang jalur Suwanting diresmikan pada Agustus 2017. Alhasil belum banyak pendaki yang tertarik mendaki dari jalur tersebut.

Angga mengaku tertarik mendaki dari jalur Suwanting karena cerita kakaknya yang sudah terlebih dahulu menaklukkan Merbabu dari jalur tersebut. Perjalanan Angga dan Aji menuju basecamp Suwanting berjalan lancar. Mereka sempat bermalam di basecamp dan merasakan keramahan warga sekitar.

Angga dan Aji memulai pendakian pagi hari sekitar pukul 08.00 Wib. Perjalanan ke Pos I cukup lancar karena hanya memerlukan waktu tak lebih dari 30 menit. Perjalanan dilanjutkan ke Pos II yang memerlukan waktu kurang lebih tiga jam.

Kumpulkan Tenaga

Angga dan Aji makan siang di Pos II sembari mengumpulkan tenaga untuk medan yang lebih berat. Pos III bisa dicapai setelah melalui Hutan Manding.

“Berdasarkan briefing dengan pengelola basecamp kami diminta salam saat mau memasuki Hutan Manding. Alasannya agar perjalanan lancar dan selamat. Aku yang tak peduli dengan hal-hal seperti itu langsung saja memasuki hutan, tapi Aji memilih nurut dan berhenti sebentar untuk membaca sesuatu,” jelas Angga.

Angga dan Aji harus melalui medan yang berat saat memasuki Hutan Manding. Jalur sempit dengan kemiringan ekstrem membuat perjalanan tak semudang pos-pos sebelumnya. Bahkan Angga tak bisa melihat sinar matahari karena lebatnya vegetasi Hutan Manding.

“Sepanjang perjalanan,kami baru menyadari bahwa kami tidak berpapasan dengan pendaki lain, waktu itu kadang sayang merasa kalau sudah tersesat,” ungkap Angga.

Penantian mereka berdua akhirnya terjawab setelah tiga jam mendaki. Mereka keluar Hutan Manding menemui sebuah padang rumput, tanda sudah dekat Pos III.

Angga dan Aji memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di Pos III yang merupakan padang rumput luas. Setelah mendirikan tenda, mereka menghabiskan sore dengan berfoto-foto. Keduanya berfoto-foto sampai matahari terbenam. Angga sempat memilih tidur pukul 17.30 Wib karena merasa capek.

Setelah selesai makan malam, keduanya menghabiskan waktu melihat foto-foto. Alangkah terkejutnya Aji saat melihat bayangan orang lain di fotonya padahal dirinya sedang sendirian, foto itu diambil saat Angga memilih tidur sore hari sebelumnya.

Mereka berdua tak mampu menjelaskan secara logika bayangan di foto tersebut, hingga akhirnya memilih tidur agar bisa sampai puncak besok paginya. Tapi niatan mereka untuk tidur harus gagal karena gangguan dari makhluk tak kasat mata.

“Sejak pukul satu malam saya sudah terbangun karena ada suara langkah kaki dari luar tenda. Sempat kukira hewan, tapi saat saya periksa menggunakan senter tak ada hewan apapun, dan suara pun tak mau hilang. Suara itu seperti mengitari tenda kami,” jelas Angga.

Gangguan

Gangguan terus berlanjut hingga pukul dua, tenda meraka malah sempat digoyang-goyang. Angga dan Aji pun terjaga sampai pagi. Karena tak mendapatkan tidur yang cukup, keduanya memilih turun. Setelah sarapan, keduanya bergegas turun dari Pos III.

Perjalanan turun pun tak kalah mencekam dari peristiwa semalam. Angga dan Aji sampai berebut posisi depan karena mereka merasa ada langkah kaki yang ikut turun. “Suara langkah kaki terdengar cukup jelas di belakang kami, saat kami berhenti, langkah kaki pun ikut berhenti,” jelas Angga.

Saat perjalanan turun mereka sempat berpapasan dengan rombongan pendaki yang terdiri dari tiga orang. Sempat menjelaskan kondisi jalur pendakian, Angga dan Aji pun berpamitan, dan kalimat dari para pendaki itu membuat kondisi semakin kacau.

“Mas, itu adiknya disuruh jalan di depan aja, nanti takutnya malah hilang kalau di belakang,” ucap Angga mengulang teriakan pendaki lain itu. Angga juga mengungkap kan pendaki itu meneriaki Angga sembari tertawa girang.

Mendengar hal itu Angga dan Aji semakin ketakutan, mereka semakin kencang berlari turun. Menggunakan seluruh kekuatan untuk keluar dari Hutan Manding. Akhirnya mereka berdua sampai di lembah Hutan Manding tanda mereka sudah keluar.

Angga yang hampir pingsan nekat untuk meminta sosok anak-anak yang tak kasat mata itu agar tidak terus mengikuti, alasannya Angga tidak membawa jajan. “Dik, gausah ngikutin terus, aku ga bawa jajan,” tulis Angga mengulangi ucapannya.

Setelah kalimat itu, perjalanan mereka sampai basecamp baik-baik saja. Angga dan Aji pun beristirahat sekitar satu jam di basecamp. Setelah kembali bugar, mereka memutuskan langsung turun dan pulang ke Yogyakarta.

“Saat pulang, ada anak-anak kecil mengiringi kami, saat kami berlalu, salah satu dari mereka berteriak, Mas, lain kali kalau kesini bawa jajan ya, jangan lupa,” jelas Angga.



 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya