SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kisah inspiratif berikut mengenai lulusan UGM yang berhasil lulus dengan prestasi apik meski keuangan cekak.

Harianjogja.com, SLEMAN-Dua mahasiswa penerima beasiswa bidik misi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Puji Utomo dan Atik Winarti membuktikan keterbatasan ekonomi bukan halangan melanjutkan pendidikan tinggi. Meski serba ngirit dan prihatin. dua mahasiswa ini lulus dengan predikat Cum Laude.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Uang Menipis, Puji Sempat Tinggal di Masjid

Puji Utomo (JIBI/Harian Jogja/dok, Humas UGM)

Puji Utomo (JIBI/Harian Jogja/dok, Humas UGM)

Lulusan Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) UGM, Puji Utomo, 22, mengatakan ayahnya sempat menjadi pengemudi becak. Namun enam tahun terakhir, orang tua bekerja sebagai penjual ikan di Pasar Juwana, Pati, Jawa Tengah.

Keterbatasan ekonomi mengakibatkan saudara-saudaranya memilih langsung bekerja atau menikah setamat sekolah. Adapun Puji, saat sekolah SMA mendaftar kuliah di UGM melalui jalur beasiswa Bidik Misi. Lolos seleksi beasiswa, Puji tidak meminta uang untuk biaya kuliah. Sebaliknya, tabungan sisa uang saku beasiswa, digunakan membantu tambah modal usaha bisnis ikannya yang sempat merugi.

“Alhamdulillah sekarang usaha bapak sudah lancar,” kata Puji yang mengatakan saat ini ikan yang dijual capai satu kwintal sehari, terangnya seperti rilis yang Harianjogja.com terima, Kamis (26/2/2015).

Selama empat tahun, tiap bulan Puji mendapat biaya hidup Rp600.000. Semula uang tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Namun saat kebutuhan bertambah, Puji sempat tinggal dan menjadi penjaga masjid di daerah Pogung Utara. Sebagai tambahan uang saku, Puji sempat mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar dan mengajar pada anak-anak difabel.

Meski memiliki pekerjaan sampingan di luar kuliah, Puji tetap selalu memperhatikan kuliahnya. Mahasiwa angkatan 2010 ini pun bisa lulus dengan predikat Cum Laude
dengan IPK 3,86. Kini setelah lulus, Puji berencana untuk kembali ke desanya di Bakaran Wetan, Juwana, Pati.

”Saya ingin ikut gerakan sarjana pulang bangun ke desa,” kata Puji yang sempat ditawari mengajar di salah satu perguran tinggi di Lombok.

Beasiswa Berakhir, 2 Hari Atik Hanya Minum

Atik Winarti (JIBI/Harian Jogja/dok. Humas UGM)

Atik Winarti (JIBI/Harian Jogja/dok. Humas UGM)

Atik Winarti, alumni Ilmu Peternakan dari Fakultas Peternakan UGM selesai kuliah dalam kurun waktu 4,4 bulan dengan IPK 3,78. Warga Babadan, Gunung ini juga penerima beasiswa bidik misi selama delapan semester. Namun Atik terpaksa menambah kuliah satu semester untuk penelitian skripsi.

Adapun sisa tabungan uang saku beasiswa hanya cukup untuk biaya SPP dan uang kontrakan. Alhasil Atik pun harus rela makan satu kali sehari. Beruntung teman-temannya maklum dan membantu meminjamkan uang atau mentraktir makan siag.

“Saya sempat dua hari tidak makan, hanya minum saja, padahal saya sambil harus tetap ngajar,” kenangnya.

Ayah Atik yang lanjut usia, sudah ‘pensiun’ dari pekerjaannya sebagai buruh bangunan. Penyokong utama keuangan keluarga Atik adalah ibunya yang bekerja sebagai buruh perajin rotan. Selama kuliah, Atik mencari uang tambahan dengan mengajar les privat untuk anak-anak SD.

“Dari mengajar ini, saya dapat Rp300.000 sebulan. Sempat juga berjualan kue bersama teman-temanya di Alun-alun selatan pada malam hari selama dua bulan, karena kesibukan masing-masing akhirnya bubar,” katanya.

Di bangku kuliah, Atik tetap selalu aktif dan ikut kegiatan kompetisi dana hibah penelitian. Atik pun pernah medapat juara tiga dalam Debat Mahasiswa Peternakan Tingkat Nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya