SOLOPOS.COM - Lafran Pane (Wikipedia)

Lafran Pane menjadi salah satu dari empat nama yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo, Kamis (9/11/2017).

Solopos.com, JAKARTA – Sebagai peringatan Hari Pahlawan tahun ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi gelar pahlawan nasional bagi empat tokoh yang dianggap berjasa bagi bangsa dan negara. Dari keempat nama, Lafrin Pane adalah tokoh yang dianggap berjasa bukan karena terjun ke medan perang.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Dilansir dari Antaranews.com, Jumat (10/11/2017), Lafran Pane merupakan pria kelahiran Sipirok, Sumatera Utara, 5 Februari 1922. Ia lahir dari keluarga seniman, ayahnya merupakan Sutan Panguraban Pane seorang guru dan seniman batak. Lafran merupakan adik dari seniman terkenal Sanusi Pane dan Armijn Pane. Meski lahir di Pulau Sumatera, sebagian besar pemikiran dan sumbangsih Lafran dilakukan di D.I Yogyakarta.

Pemikiran-pemikiran Lafran Pane mulai menjadi perhatian khayalak saat dia bersama ke-14 rekannya mendirikan organisasi Islam bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lafran menginisiasi HMI saat berkuliah di Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (STI) yang sekarang disebut dikenal dengan Universitas Islam Indonesia (UII) di D.I Yogyakarta.

HMI resmi terbentuk pada 5 Februari 1947. Bersama HMI, Lafran menolak pergantian ideologi bangsa dari Pancasila menjadi Komunisme. Lafran juga menolak gagasan Negara Islam yang digagas pendiri gerakan Darul Islam, Maridjan Kartosoewiryo.

Bersama HMI, Larfan mengusung dua misi, yaitu untuk mempertahankan Republik Indonesia serta mempertinggi derrajat rakyat Indonesia dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Lafran disebut sebagai orang yang sangat terbuka dalam interpretasi Pancasila, termasuk pada agama Islam. Lafran menganggap Islam bertumpu pada ajaranya memiliki semangat dan wawasan modern di segala hal. Oleh karena itu bersama HMI, Lafran megkampanyekan bahwa Islam bukanlah kelompok kaum yang hanya mempertahankan tradisi dan pengetahuan tradisional. Dengan visi misinya itu HMI mampu mengikis fanatisme kelompok yang pada waktu itu mulai meningkat.

Sempat menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI sejak awal terbentuk, Lafran memilih mundur pada 22 Agustus 1947 dan memilih menjadi Wakil Ketua Umum. Semasa hidupnya, selain berorganisasi, Larfan menjadi dosen di IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), UGM, UII, dan IAIN Sunan Kalijaga.

Pada 1 Desember 1966 Lafran diangkat menjadi guru besar untuk mata kuliah Ilmu Tata Negara. Lafran Pane tutup usia pada 24 Januari 1991.

Berdasarkan Kepres RI no.115/TK/2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan, selain Lafran Pane, Kamis kemarin gelar tersebut juga diberikan pada  M. Zainuddin Abdul Madjid, tokoh asal Nusa Tenggara Barat; Laksamana Malahayati (Keumalahayati), tokoh asal Nanggroe Aceh Darussalam; dan Sultan Mahmud Riayat Syah tokoh asal Kepulauan Riau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya