SOLOPOS.COM - Nasir Sobhani (Nydailynews.com)

Kisah inspiratif kali ini datang dari seorang mantan pecandu narkoba di Australia.

Solopos.com, MELBOURNE — Nasir Sobhani, 26, menjadi salah satu orang yang menginspirasi kebaikan. Pasalnya, ia memberi layanan potong ramut gratis kepada orang-orang jalanan tiap akhir pekan.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Sobhani mengaku ia adalah mantan pecandu narkoba. Aksi inspiratifnya ini pun sebagai wujud terima kasihnya kepada kehidupan karena ia bisa terbebas dari pengaruh buruk narkoba.

Aksi Sobhani yang memberi pelayanan gratis kepada orang-orang jalanan ini ia beri nama Clean Cur Clean Start. Akibat  ketulusan hatinya ini, Sobhani mendapat julukan The Street Barber atau tukang cukur jalanan.

“Kokain adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya. Ini [aksi sosial] mempercepat pemulihan saya,” ujar Sobhani sebagaimana dikutip Solopos.com dari Nydailynews, Kamis (2/7/2015).

Nasir Sobhani memotong rambut orang (Nydailynews.com)

Nasir Sobhani memotong rambut orang (Nydailynews.com)

Sobhani mengaku, dulu ia menghabiskan uang sekitar US$400 atau sekitar Rp5 juta-an tiap hari untuk konsumsi narkoba. Akhirnya, ia direhabilitasi dan keluarganya mengarahkan Sobhani untuk bekerja sebagai tukang cukur agar bisa memiliki pemasukan.

Dilansir Metro, kini Sobhani bekerja sebagai tukang cukur. Dalam sepekan, ia bekerja selama enam hari, sementara saat akhir pekan Sobhani akan melakukan aksi sosialnya.

Sobhani akui, menjadi tukang mencukur membuat ia merasa menjadi pribadi yang berharga.

“Aku sangat menyukai ini. Ini seperti cara baru saya sebagai pria dewasa. Ini obar baru saya,” jelas Sobhani.

Sesekali, Sobhani mengenang dirinya saat masih kecanduan narkoba. Ketika itu, Sobhani membenci dirinya dan melampiaskan kekecewaan tersebut dengan mengonsumsi narkoba.

“Apa yang saya lakukan di jalanan saat ini adalah cara saya untuk kembali. Ini cara saya membayar rasa terima kasih saya atas kesadaran dan kesehatan saya,” ujar Sobhani.

“Saya ingat haru-hari saya membenci diri saya dan bahkan tidak sudi melihat ke cermin tanpa menangis, saya muak dengan diri saya,” kenang Sobhani.

“Penjara terbesar adalah penjara diri,” kata Sobhani mengutip kata-kata dalam kitab suci Bahai.

Sobhani memenuhi tubuhnya dengan tato, namun ia membiarkan satu bagian di tangan kanannya bersih dari tato. Mantan narapidana itu kini juga aktif dalam kegiatan spiritual setiap Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya