SOLOPOS.COM - Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim memberikan sambutan pada pembukaan IOI 2022, di Yogyakarta, Selasa (9/8/2022). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Sejumlah mahasiswa di Solo merespons beragam atas kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim salah satunya terkait tugas akhir perkuliahan tidak melulu harus berupa skripsi

Hal itu tercakup dalam kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-26 yang bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi. Kebijakan ini dirilis Nadiem, Selasa (29/8/2023), dan secara resmi dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Mahasiswa semester 12  prodi Pendidikan Matematika UNS Solo, Bisri Azhari Misa, menyatakan dirinya sepakat dengan jika skripsi tidak harus menjadi syarat wajib kelulusan. Menurut dia, dengan begitu mahasiswa semester akhir seperti dirinya diberi kemudahan dan pilihan yang lebih banyak.

“Mengingat juga banyak skripsi yang akhirnya cuma jadi rongsok, mahasiswa S1 menurutku masih sangat prematur kalo mau buat penelitian,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (30/8/2023).

Meski begitu, menurut Bisri, skripsi masih tetap penting digunakan sehingga tidak perlu dihapus. Hal itu lantaran bisa menjadi langkah awal belajar dasar-dasar penelitian.

“Tapi skripsi ya penting juga. Soalnya kan lulusan S1, udah jadi akademisi ya harus bisa menulis ilmiah. Apalagi kalau mau lanjut S2, pengalaman skripsi nya kan jadi modal penting,” kata dia.

Menurut dia, yang lebih penting adalah bagaimana karya yang dihasilkan mahasiswa sebagai tugas akhir itu bisa bermanfaat bagi masyarakat. Karena selama ini skripsi atau projek lain yang digarap kebanyakan mahasiswa prinsipnya asal jadi.

“Emang perlu dievaluasi sih soal skripsi ini. Setuju juga kalau prodi technical gak harus punya kompetensi menulis karya ilmiah,” kata dia.

Sedangkan, Mahasiswa PAI semester 8 UMS Solo, Faisal Munif, menyebut lebih memilih tetap mengerjakan skripsi jika meskipun ada pilihan lain. “Kayak ada yang kurang, kurang greget kalau kuliah tidak ngerjain skripsi,” kata dia.

Meskipun ada opsi mengerjakan proyek, dia menyebut tetap lebih memilih mengerjakan skripsi. Menurut dia, manfaat skripsi bagi mahasiswa masih ada minimal sebagai acuan bagi mahasiswa lain untuk mengerjakan tugas akhir.

“Kalau menurut saya masih. Manfaatnya masih banyak untuk mahasiswa. Tapi kalau untuk masyarakat umum kayaknya gak terlalu, jarang yang baca,” kata dia.

Menurut dia, skripsi juga tidak terlalu membebani mahasiswa. Dia mengatakan asal mau mengerjakan pasti bisa selesai dengan tepat waktu. Termasuk saat ini dia sedang proses akhir mengerjakan skripsi sebelum nantinya sidang.

“Yang penting punya niat mengerjakan pasti bisa selesai, dan jangan sampai malah menunda-nunda, sekali menunda pasti malas,” kata dia. Meski begitu, alternatif pilihan tugas akhir bagi mahasiswa tetap perlu karena tidak semua minat melakukan penelitian ilmiah.

Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, Suwardi, menyebut dengan adanya  Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023, memberikan ruang bagi perguruan tinggi untuk membuat model tugas akhir sesuai kebutuhan. Pihaknya bakal menyusun pedoman tugas akhir itu segera.

Dia mengatakan mahasiswanya bakal memiliki dua pilihan untuk sebagai syarat kelulusan, yakni skripsi dan proyek. Suwardi mengatakan proyek yang digarap mahasiswa itu disesuaiakan dengan program studi pilihan.

“Jadi proyek nanti mahasiswa mengimplementasikan inovasi atau teknologi dalam suatu kawasan yang punya permasalah. Nah hasilnya seperti apa, nanti tetap ada ujian akhirnya,” kata dia ketika ditemui di kantornya, Rabu (30/8/2023).

Selain dua syarat itu, pihaknya juga memberikan kesempatan lain dengan publikasi jurnal. Sedangkan kriteria jurnal bisa dengan terindex Sinta maupun internasional. Dia mengatakan bagi mahasiswa yang berhasil menembus publikasi jurnal akan dibebaskan dari tugas akhir.

Dalam hal ini, pihaknya sudah membuat aturan terkait mahasiswa yang berhasil mepulikasi jurnal ilmiah. “Misal jurnal terindex internasional tidak harus membuat skripsi untuk mahasiswa S1 dan tesis untuk mahasiswa S2, itu aturan sekarang. Kalau Sinta 3-4 itu ujian pasti nilainya A,” ujar dia.

Namun, dia menyebut hal itu merupakan pilihan bagi mahasiswa. Dengan skema tersebut diharapkan karya mahasiswa bisa lebih berdampak dan sampai ke masyarakat.

“Sebenarnya kita sudah menyusun rancangan tugas akhir yang tidak harus skripsi itu sejak lama. Lalu kemudian dari Mas Menteri mengeluarkan peraturan, jadi ini gayung bersambut dan sejalan dengan rencana awal kami,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya