SOLOPOS.COM - Film Ice Cold: Murder, Coffe, and Jessica Wongso. (Instagram/netflixid)

Solopos.com, JAKARTA — Kasus kematian Wayan Mirna Salihin pada 2016 kembali menjadi perbincangan setelah Netflix merilis film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso.

Berbagai rekaman digital persidangan Jessica Kumala Wongso kemudian bermunculan di media sosial serta platform Youtube.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Setelah munculnya film Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso, publik dunia maya kini seolah berbalik mendukung Jessica Wongso yang telah dipenjara selama tujuh tahun dari total vonis 20 tahun penjara.

Sejumlah indikasi kejanggalan selama persidangan mengemuka ke publik.

Salah satunya pengakuan Jessica Wongso pernah dihipnotis oleh polisi sebelum dirinya ditetapkan sebagai tersangka.

Jessica menceritakan kejadian itu dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakpus, Rabu (28/9/2016).

Perempuan yang merupakan teman korban Wayan Mirna Salihin itu lupa hari dan tanggal dirinya dihipnotis.

Yang ia ingat, ketika itu dirinya sedang diperiksa penyidik di Mapolda Metro Jaya. Ia didampingi pengacaranya, Yudi Wibowo.

Tiba-tiba ia diminta berpindah ruangan sehingga terpisah dari pengacaranya.

Di salah satu ruangan tersebut, dirinya berhadapan dengan seorang lelaki.

“Katanya itu hipnoterapi. Saya ditanya-tanya dan menjawab yes or no sambil memberi kode dengan jari tangan. Dan lama-lama sudah tidak ingat lagi,” katanya seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube CNN Indonesia.

Jessica mengaku dirinya tidak tahu apa yang terjadi saat dirinya dihipnotis.

Ia juga tidak tahu apa jawabannya kepada polisi selama dirinya dalam pengaruh hipnotis.

Tak lama setelah dirinya dihipnotis akhirnya menyandang status tersangka dan ditahan di Mapolda Metro Jaya.

Dalam persidangan itu, Jessica tak bisa menahan tangisannya saat bercerita soal kondisi sel tahanannya di Polda Metro Jaya.

Selama empat bulan pertama dirinya ditempatkan di sel berukuran 2 meter x 1 meter tanpa jendela.

Ventilasi udara hanya ada di bagian pintu dengan ukuran 20 cm x 20 cm.

“Tempatnya kotor, WC-nya juga sangat kotor. Banyak kecoa dan tikus. Hanya ada satu kain untuk alas. Saya sangat takut,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Wayan Mirna Salihin tewas seusai menenggak kopi di Café Olivier, Grand Indonesia, Jakarta.

Ketika itu korban hangout bersama Jessica dan teman lainnya bernama Hani.

Jessica lantas dituduh sebagai pembunuh Jessica dan akhirnya divonis 20 tahun penjara.

Kasus ini kini kembali ramai setelah Netflix merilis film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso.

Keluarga Mirna marah besar dengan rilisnya film tersebut. Ayah mendiang Mirna, Darmawan Salihin bahkan menyerukan rakyat Indonesia agar memboikot Netflix.

“Jangan langganan, mending uangnya untuk beli Gojek (Gofood) aja. Kita diadu domba oleh Netflix demi mereka dapat uang besar,” kecam Darmawan saat diwawancarai wartawan senior, Karni Ilyas.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya