SOLOPOS.COM - Potongan gambar salah satu video kutbah Jumat Ustaz Yusuf Mansur. (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Sebuah video khotbah Jumat Ustaz Yusuf Mansur menjadi sorotan warganet karena dinilai menyerukan keduniaan.

Bagaimana sebenarnya tata cara khotbah Jumat itu?

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Provinsi Lampung, KH Munawir mengingatkan kepada para khatib Jumat untuk senantiasa memperhatikan syarat rukun dalam melaksanakan tugasnya menyampaikan khotbah Jumat.

“Seorang khatib Jumat harus mampu membedakan antara khotbah dan ceramah. Khotbah Jumat terkait erat dengan ibadah sehingga syarat dan rukun harus dipenuhi. Jika tidak, maka khatib akan menanggung dosa karena khotbahnya tidak sah,” tegasnya seperti dikutip Solopos.com dari www.nu.or.id, Minggu (20/3/2022).

Baca Juga: Kutbah Jumat Yusuf Mansur Disorot, Disebut Serukan Keduniaan

Sebelum menyampaikan khotbahnya, kata dia, para khatib harus benar-benar mengetahui dan menguasai materi yang akan disampaikan. Jangan sampai khatib melewatkan rukun-rukun khotbah seperti memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat takwa dan membaca ayat Al-Qur’an.

Oleh karenanya ia menyarankan kepada para khatib untuk mempersiapkan catatan atau tulisan materi khotbah yang akan disampaikan.

“Dicek dulu kalau itu diambil dari internet atau buku khotbah. Apakah sudah lengkap rukunnya dan apakah materinya sudah tepat serta sesuai dengan situasi dan kondisi,” imbaunya.

Salah satu syarat sah pelaksanaan salat Jumat adalah didahului dua khotbah. Ritual khotbah dilakukan sebelum shalat Jumat dikerjakan. Khotbah Jumat dilakukan dua kali, di antara khotbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk.

Baca Juga: Investor Ingin Dana Dikonversi ke Emas, Yusuf Mansur Menolak

Khotbah Jumat memiliki lima rukun yang harus dipenuhi. Kelima rukun tersebut disyaratkan menggunakan bahasa Arab dan harus dilakukan dengan tertib (berurutan) serta berkesinambungan (muwâlah).

Berikut lima rukun khotbah Jumat seperti dikutip dari https://islam.nu.or.id:

Pertama, memuji kepada Allah di kedua khotbah.

Rukun khutbah pertama ini disyaratkan menggunakan kata “hamdun” dan lafaz-lafaz yang satu akar kata dengannya, misalkan “alhamdu”, “ahmadu”, “nahmadu”.

Demikian pula dalam kata “Allah” tertentu menggunakan lafaz jalalah, tidak cukup memakai asma Allah yang lain. Contoh pelafalan yang benar misalkan: “alhamdu lillâh”, “nahmadu lillâh”, “lillahi al-hamdu”, “ana hamidu Allâha”, “Allâha ahmadu”.

Contoh pelafalan yang salah misalkan “asy-syukru lillâhi” (karena tidak memakai akar kata “hamdun”), “alhamdu lir-rahmân (karena tidak menggunakan lafaz jalalah “Allah”).

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan: “Disyaratkan adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafaz hamdun atau lafaz-lafaz yang satu akar kata dengannya. Seperti alhamdulillah, ahmadu-Llâha, Allâha ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi, tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-syukru lillâhi, dan sejenisnya, maka tidak mencukupi.” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011, juz.4, hal. 246).

Kedua, membaca shalawat untuk Nabi Muhammad di kedua khotbah

Contoh membaca shalawat yang benar “ash-shalâtu ‘alan-Nabi”, “ana mushallin ‘alâ Muhammad”, “ana ushalli ‘ala Rasulillah”.

Ketiga, berwasiat dengan ketakwaan di kedua khotbah

Rukun khotbah ketiga ini tidak memiliki ketentuan redaksi yang paten. Prinsipnya adalah setiap pesan kebaikan yang mengajak ketaatan atau menjauhi kemaksiatan.

Seperti “Athi’ullaha, taatlah kalian kepada Allah”, “ittaqullaha, bertakwalah kalian kepada Allah”, “inzajiru ‘anil makshiat, jauhilah makshiat”.

Khotbah Jumat tidak cukup sebatas mengingatkan dari tipu daya dunia, tanpa ada pesan mengajak ketaatan atau menjauhi kemaksiatan.

Syekh Ibrahim al-Bajuri mengatakan: “Kemudian berwasiat ketakwaan. Tidak ada ketentuan khusus dalam redaksinya menurut pendapat yang shahih. Ucapan Syekh Ibnu Qasim ini kelihatannya mengharuskan berkumpul antara seruan taat dan himbauan menghindari maksiat, sebab takwa adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangan, namun sebenarnya tidak demikian kesimpulannya. Akan tetapi cukup menyampaikan salah satu dari keduanya sesuai pendapatnya Syekh Ibnu Hajar. Tidak cukup sebatas menghindarkan dari dunia dan segala tipu dayanya menurut kesepakatan ulama”.

Keempat, membaca ayat suci al-Quran di salah satu dua khotbah.

Membaca ayat suci Alquran dalam khotbah standarnya adalah ayat Alquran yang dapat memberikan pemahaman makna yang dimaksud secara sempurna. Baik berkaitan dengan janji-janji, ancaman, mauizhah, cerita dan lain sebagainya.

Seperti contoh: “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah orang-orang yang jujur”. (QS. at-Taubah: 119).

Kelima, berdoa untuk kaum mukmin di khotbah terakhir

Mendoakan kaum mukmin dalam khotbah Jumat disyaratkan isi kandungannya mengarah kepada nuansa akhirat. Seperti “allahumma ajirnâ minannâr, ya Allah semoga engkau menyelamatkan kami dari neraka”, “allâhumma ighfir lil muslimîn wal muslimât, ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat”.



Tidak mencukupi doa yang mengarah kepada urusan duniawi, seperti “allâhumma a’thinâ mâlan katsîran, ya Allah semoga engkau memberi kami harta yang banyak”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya