SOLOPOS.COM - Ilustrasi penambangan minyak dan gas bumi (JIBI/Bisnis/Dok)

Solopos.com, JAKARTA—Perusahaan hulu minyak dan gas (migas) diperkirakan akan menahan laju kegiatan eksplorasi seiring munculnya kekhawatiran terhadap ancaman resesi ekonomi tahun depan. Hal itu disampaikan oleh Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal.

Menurutnya, perusahaan hulu migas belakangan justru mengoptimalkan kegiatan eksploitasi sumur tersedia di tengah momentum harga minyak mentah dunia dan gas yang masih tertahan tinggi pada kuartal keempat tahun ini. Manuver itu diharapkan dapat meningkatkan cadangan kas perusahaan tahun depan.

Promosi Dukung Go Global, BRI Berangkatkan 8 UMKM ke FHA Food & Beverage 2024 Singapore

“Para produsen migas akan memaksimalkan kegiatan eksploitasi untuk memanfaatkan harga minyak tinggi saat ini, meningkatkan pendapatan jangka pendeknya,” kata Moshe saat dihubungi, Minggu (6/11/2022).

Baca Juga Tarif Cukai Rokok Resmi Naik 10% pada 2023 dan 2024

Menurut Moshe, keuntungan yang diperoleh perusahaan migas saat ini yang ditopang oleh melonjaknya harga komoditas dialihkan sebagian besar untuk meningkatkan cadangan kas mereka guna mengantisipasi resesi tahun depan. Sebagian perusahaan migas itu diketahui membeli kembali saham mereka di bursa, mengamankan dividen, serta eksploitasi pada lapangan-lapangan migas yang tersedia.

“Ini sudah di akhir tahun, sulit untuk mencapai target awal dan juga banyak ketidakpastian tahun depan dengan adanya isu resesi global,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan produksi siap jual atau lifting migas per 30 September 2022 masih di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022. Realisasi lifting migas hingga akhir September 2022 berada di angka 1.562 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau 89,8% dari target APBN tahun ini.

Baca Juga Cukai Rokok Naik, Gaprindo: Permintaan Terpengaruh

Perinciannya, lifting minyak berada di kisaran 610.100 barel minyak per hari (bopd) dan salur gas menyentuh di angka 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Sementara itu, produksi minyak stabil di angka 613.000 bopd.

“Produksi minyak sampai September 2022, 613.000 bopd dengan lifting 610.100 bopd tentu saja kita akan lifting di waktu waktu berikutnya yang akan datang, sementara salur gas sudah 92,3% sebanyak 5.353 MMscfd,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Di sisi lain, SKK Migas melaporkan capaian cost recovery kegiatan hulu migas pada triwulan ketiga tahun ini berada di angka US$4,93 miliar atau baru 57% dari target yang ditetapkan di angka US$8,65 miliar. Sementara itu, setoran untuk bagian negara baru mencapai US$13,95 miliar atau 83% dari target APBN Perubahan 2022 yang dikerek menjadi US$16,7 miliar.

Baca Juga Sah! Tarif Cukai Rokok Naik 10% Tahun Depan

Hanya saja, Dwi menggarisbawahi, torehan investasi pada sektor hulu migas masih relatif seret kendati harga minyak mentah dunia tertahan tinggi hingga triwulan ketiga tahun ini. Adapun, torehan investasi baru menyentuh di angka US$7,7 miliar atau 60 persen dari target yang ditetapkan US$13,2 miliar.

“Yang diinvestasikan pemain global dari keuntungan cash yang diperoleh ke hulu migas hanya 27 persen, lain-lainnya mereka pakai untuk mengurangi untuk, konsolidasi bisnis dan investasi lain seperti energi baru dan terbarukan sebagian dipakai bayar dividen,” kata dia.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Khawatir Resesi, Kegiatan Eksplorasi Hulu Migas Diproyeksi Tertahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya