SOLOPOS.COM - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Peristiwa anak yang hendak dijadikan tumbal pesugihan oleh orang tuanya di Lembang Panai, Kelurahan Gantarang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mendapat perhatian dari Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.

Di sela kunjungan kerjanya ke Lampung, La Nyalla mengungkapkan peristiwa ini tidak manusiawi. Pasalnya, akibat peristiwa tersebut, korban yang masih berusia enam tahun tersebut harus menjalani operasi mata pada bagian kanan.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Baca Juga: Astaga! Orang Tua Hendak Cungkil Mata Anak, Paman Jadi Penyelamat 

“Kasus yang terjadi ini tidak masuk akal. Demi pesugihan, orang tua tega melakukan kekerasan secara bengis dan tidak berperikemanusiaan, yakni mencungkil mata anaknya sendiri yang baru berusia enam tahun,” kata La Nyalla dalam keterangan tertulis, Senin (6/9/2021).

La Nyalla meminta agar para pelaku yang terlibat dalam kejahatan tersebut diberikan hukuman yang berat.

Hal ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para orang tua di mana pun untuk menghindari perlakuan keji kepada anak sendiri.

Trauma Psikologi

Senator asal Jawa Timur ini juga mengingatkan agar perlindungan dari pihak tertentu diperketat untuk anak dari kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekat.

Untuk itu, La Nyalla meminta kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) untuk memberikan pendampingan dan perawatan serta pemulihan trauma psikologi kepada korban.

La Nyalla menilai peristiwa ini harus menjadi pembelajaran semua pihak tanpa terkecuali untuk merumuskan perlindungan terhadap anak dari lingkungan terdekat mereka.

Baca Juga: Positif Covid-19 Indonesia Hari Ini Tambah 4.413 Kasus, Jateng Terbanyak 

“Negara harus mempunyai solusi jangka panjang untuk anak-anak dengan kasus tersebut. Jika orang tuanya memang memiliki masalah kejiwaan hingga melakukan tindak penganiayaan, dikhawatirkan nantinya kejadian seperti ini suatu saat bisa terulang kembali,” lanjut La Nyalla.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga diminta oleh La Nyalla turun tangan mengedukasi masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal mistis yang menyimpang dan tidak dibenarkan oleh agama, dan seringkali memakan korban jiwa.

“Kasus ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi MUI dan Kementerian Agama untuk memberikan penerangan masalah klenik atau pesugihan kepada masyarakat,” kata La Nyalla.

Dua Tersangka

Dalam kasus ini, pihak kepolisian telah menetapkan dua orang tersangka. Kedua tersangka kasus kekerasan tersebut merupakan kakek dan paman korban sendiri yakni, US, 44, dan BAR, 70.

Korban berinisial AP, 6. Penyelamat korban dari tindakan keji keluarganya adalah Bayu, adik dari bapak korban.

Bayu mengungkapkan mengungkapkan ada bagian mata AP yang sempat ditelan oleh ibunya.

AP kini menjalani perawatan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.

Ditelan

“Kalau untuk membetulkan (potongan daging kecil ditelan) ada. Ada yang dia masukkan (di mulut ibunya). Kita bisa lihat di video seperti apa,” ungkap Bayu kepada detikcom di RSUD Syekh Yusuf Gowa, Senin (6/9/2021).

Bayu mengatakan peristiwa penganiayaan itu terjadi di rumah korban di Kelurahan Gantarang, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa, Rabu (1/9/2021). Saat kejadian bertepatan dengan hari pemakaman kakak AP, yakni DD, 22.

Menurut Bayu, saat itu orang tua korban sempat ikut ke pemakaman kakak korban kemudian pulang ke rumah.

Bayu yang juga pulang ke rumah duka tiba-tiba mendengar teriakan korban di atas rumah.

Baca Juga: Membantah Saat Disuruh Tidur, Santri Ponpes di Demak Kena Hajar Ustaz 

“Pas ka pulang dari kuburan, saya dengar teriakan anak kecil. Makanya saya masuk ke dalam rumah. Langsung menolong anaknya,” kata Bayu.

Menurut Bayu, dia menyaksikan orang tua, paman, dan kakek AP sudah berusaha mencungkil mata korban. Bayu pun bergegas menyelamatkannya.



“Kalau yang saya lihat itu orang tua korban bersama omnya dengan kakeknya itu berusaha melukai bagian mata,” kata Bayu.

Bayu mengatakan orang tua, paman, dan kakek korban tak berdiam diri saat dia mencoba menyelamatkan korban.

Mereka berusaha tetap menganiaya bocah malang itu. “Kalau untuk perlawanan ada dari mereka,” kata Bayu.

Dibantu TNI

Beruntung, kata dia, pemerintah desa setempat juga segera ke lokasi bersama sejumlah anggota TNI.

Kemudian ada dua prajurit yang mencoba membantu Bayu sehingga korban dapat diselamatkan dari penganiayaan orang tuanya.

“Saya bertiga sama anggota TNI langsung mengambil paksa anak itu,” kata Bayu.

Bayu juga mengonfirmasi kebenaran cerita bahwa kakak korban, DD, juga meninggal karena dianiaya pada Selasa (31/8). Menurut Bayu, kakak AP itu meninggal karena dicekoki garam hingga dua liter.

Baca Juga: 8 Pegawai KPI Terduga Pelaku Pelecehan Seksual akan Dipecat Jika Terbukti Bersalah 

“Kalau untuk informasi dicekoki garam dari berbagai informasi memang betul,” kata dia.

Namun untuk motif penganiayaan tersebut, Bayu mengaku tidak tahu. Termasuk adanya cerita pesugihan dan dugaan kanibalisme Bayu mengaku tidak mengetahui.

“Kalau untuk informasi yang saya tahu ndak ada, maksudnya soal pesugihannya. Saya cuma berusaha evakuasi korban saja. Selain daripada itu tidak ada,” pungkas Bayu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya