SOLOPOS.COM - Pasangan pengungsi Rohingya membawa bayi mereka saat menyeberang sungai Naf di Teknaf, Bangladesh, Kamis (7/9/2017). (JIBI/Solopos/Reuters/Mohammad Ponir Hossain)

Seorang wartawan BBC mengisahkan pengamatannya saat melihat rumah-rumah warga Rohingya dibakar warga lainnya, bahkan dibantu polisi.

Solopos.com, JAKARTA — Kontroversi soal pembakaran rumah warga etnis Rohingya kian terungkap setelah rombongan wartawan dengan pengawalan aparat pemerintah Myanmar mengunjungi wilayah Maungdaw di Rakhine.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Seorang wartawan BBC, Jonathan Head, menyaksikan sendiri bagaimana sekelompok anak muda non-Rohingya di Rakhine membakar rumah-rumah di satu desa yang ditinggalkan warganya yang mengungsi. Head mengaku bagian dari rombongan wartawan yang diundang oleh pemerintah Myanmar untuk melihat keadaan di Maungdaw, negara bagian Rakhine.

Syarat untuk mengikuti perjalanan ini adalah para jurnalis harus selalu berkelompok. Selain itu, mereka tidak boleh berjalan sendirian dan harus mengikuti agenda perjalanan ke tempat-tempat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

“Permintaan untuk mengunjungi tempat-tempat lain yang kami nilai menarik, bahkan lokasinya sebenarnya tak terlalu jauh, ditolak dengan alasan keamanan,” ujarnya sebagaimana dikutip Bbc.com, Jumat (8/9/2017).

Dalam perjalanan kembali dari daerah Al Le Than Kyaw, selatan Maungdaw, Head melihat asap membumbung ke angkasa yang mengisyaratkan rumah-rumah baru saja dibakar.

“Polisi mengatakan warga Muslim sengaja membakar rumah-rumah mereka, meski kami tahu sebagian besar warga Muslim ini sudah meninggalkan desa mereka, setelah milisi Tentara Pembebasan Rohingya Arakan menyerang pos polisi pada 25 Agustus,” ujarnya.

Dia mengaku melihat setidaknya tiga asap yang membumbung dan mendengar tembakan sporadis. Rombongan wartawan juga melihat asap tebal berwarna hitam dari desa di tepi sawah. Baca juga: Tak Sebut Rohingya, Aung San Suu Kyi Mengklaim Lindungi Penduduk Rakhine.

“Kami langsung memutuskan untuk melihat dari dekat dengan melewati persawahan. Kami melihat api masih menyala dari beberapa rumah pertama. Seluruh rumah di desa ini habis terbakar hanya dalam waktu sekitar 20-30 menit,” ujarnya. Head mengatakan bahwa terlihat dengan jelas bahwa desa tersebut sengaja dibakar.

Ketika rombongan berjalan memasuki desa, kami melihat sekelompok anak muda berbadan kekar membawa parang dan pedang. Mereka meninggalkan desa. Ketika kami berusaha mewawancarai, mereka menolak direkam dengan kamera.

“Namun rekan saya, seorang warga Myanmar, bisa berbicara dengan mereka. Mereka mengaku warga Rakhine [non-Rohingya]. Salah seorang di antaranya mengakui sebagai orang yang memulai membakar rumah-rumah di desa ini. Dia juga mengatakan dibantu oleh polisi,” ujarnya. Baca juga: Militer Bunuh 400 Rohingya dalam 2 Pekan, Myanmar Tuding Pemberontak.

Menurutnya, ketika rombongan masuk lebih jauh, melihat madrasah yang atapnya juga terbakar. Api dengan cepat menyebar ke beberapa rumah di sekitarnya.

“Tidak ada orang di desa ini. Orang-orang yang baru saja kami temui adalah pelaku pembakaran. Di jalan desa kami melihat peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, dan pakaian perempuan berserakan. Kami menemukan jeriken bensin di tengah jalan,” kisah Head. “Begitu kami keluar semua rumah di desa ini habis terbakar, yang terlihat hanya sisa-sisa berwarna hitam.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya