SOLOPOS.COM - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly berbincang dengan warga binaan Lapas Klas II A Banceuy Bandung yang terbakar, Jawa Barat, Sabtu (23/4/2016). Selain meninjau kondisi bangunan yang terbakar, Menkumham berbincang dan mendengarkan keluhan para warga binaan mengenai kasus awal terbakarnya Lapas Banceuy. (JIBI/Solopos/Antara/Agus Bebeng)

Kerusuhan penjara menjadi ancaman yang dilontarkan ratusan napi yang berdemo memprotes penggantian kepala LP Meulaboh.

Solopos.com, MEULABOH — Ratusan warga binaan pada Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II-B Meulaboh, Aceh Barat, melakukan aksi unjuk rasa dan mengamuk di dalam tahanan setempat, Senin, (9/5/2016) siang.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Dalam orasi mereka, warga binaan mendesak Kementerian Hukum dan Hak Asazi Manusia (Kemenkum HAM) Aceh tidak memindahkan Kepala LP saat ini karena sudah begitu peduli dengan kehidupan mereka.

“Bila tuntutan kami tidak dipenuhi, maka kami bersumpah akan membakar LP. Bapak Jumadi sudah seperti orang tua kami, belum ada selama ini pimpinan yang punya kemanusiaan seperti dirinya memperlakukan kami,” teriak Munir, salah satu orator aksi, seperti dilaporkan Antara.

Warga binaan bergantian melakukan orasi dan membentangkan spanduk serta kertas karton bertuliskan penolakan pemindahan Kepala LP Meulaboh Jumadi. Untungnya, aksi tersebut tidak anarkis meskipun para tahanan membencak-bencak dan mengoyang-goyang pagar jeruji besi.

Tidak ada pengawalan pihak kepolisian, namun hanya beberapa petugas sipir yang berada di tengah keramaian para warga binaan tersebut. Salah satu hal yang menjadi latar belakang tuntutan mereka adalah mereka sudah merasa nyaman dan tidak berdesakan dalam satu sel tahanan.

“Beliau baru enam bulan bersama kami, tapi kami merasakan perubahan pelayanan yang begitu manusiawi. Kami minta pemerintah mendengar tuntutan kami agar tidak ada aksi lebih menakutkan yang bisa kami lakukan,” tambah Abdullah orator aksi dari blok B.

Sementara itu Kepala LP Kelas II-B Meulaboh Jumadi menyampaikan, bahwa dirinya tidak menyangka begitu fanatiknya warga binaan terhadap dirinya. Padahal, dia mengaku hanya membuat beberapa kebijakan baru untuk mengubah perlakuan terhadap tahanan.

“Saya tidak paham juga dari mana mereka menilai sehingga meminta saya tetap di sini. Memang baru-baru ini saya sudah berhasil mengfungsikan satu blok lagi, sehingga dari dulunya mereka dalam satu sel 10-30 orang, saat ini tidak lagi begitu,”sebutnya.

Jumadi mengakui pindah tugas dirinya ke Banda Aceh memang sudah kebijakan Kemenkum HAM. Namun kebijakan itu baru saja keluar dan tidak diketahui secara jelas siapa yang menyampaikan informasi demikian kepada warga binaan.

Selama enam bulan dirinya menjabat sebagai Kepala LP Meulaboh, ada beberapa terobosan yang telah berhasil dilakukan. Di antaranya memfungsikan blok baru untuk efektivitas, membangun ruang serba guna sebagai pintu pengamanan utama sekaligus balai latihan kerja kerajinan tangan warga binaan.

Di samping itu, LP juga mulai memberi perhatian yang menurut warga binaan lebih menyentuh, yakni pemberian makan yang dinilai sudah sangat manusiawi. Selain itu kasus-kasus kekerasan dan kejahatan mulai ditekan karena aktivitas mereka dikontrol dengan baik.

“Kalau memang itu mereka anggap baik dan alasan mempertahankan saya di sini, mungkin wajar saja. Saya sebenarnya memang sudah sangat ingin pindah ke Banda Aceh, apalagi nama saya memang sudah dimutasi masuk dalam situs online dengan jabatan baru di sana,” katanya menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya