SOLOPOS.COM - Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar wayang kulit Garudeya yang dimainkan oleh dalang Ki Jaka Rianto di Pendapa Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Minggu (6/8/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar pentas wayang kulit Garudeya yang dimainkan oleh dalang Ki Jaka Rianto di Pendapa Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Minggu (6/8/2023) siang berhasil menarik perhatian para wisatawan.

Wayang ‘baru’ ini merupakan salah satu output dari Penelitian Terapan Kompetitif 2022-2023, dengan judul penelitian, Perancangan Wayang Garudeya Sebagai Pendukung Objek Wisata Candi Sukuh di Jawa Tengah dan Candi Kidal Serta Candi Kedaton di Jawa Timur.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Tim peneliti yang terdiri atas Sunardi, Sarwanto, I Nyoman Murtana, dan Esha Karwinarno bertujuan merancang pertunjukan wayang Garudeya sebagai pendukung objek wisata Candi Sukuh, Candi Kidal, serta Candi Kedaton. 

Salah satu Tim Penelitian Terapan Kompetitif, Esha Karwinarno mengatakan pertunjukan yang semula direncanakan dua jam itu berlangsung lebih lama. 

“Ada yang berubah, rencana gelaran dua jam ternyata menjadi empat jam. Biasa pertunjukan live kan memang bisa tumbuh di venue. Wayang kan termasuk pertunjukan yang berinteraksi dengan lingkungan,” kata dia ketika dihubungi Solopos.com, Senin (7/8/2023).

Dia mengatakan wayang kulit Garudeya memang wayang baru. Pertunjukan wayang Garudeya merupakan kreasi dan inovasi seni pewayangan dengan menafsirkan pahatan relief candi menjadi lakon wayang. 

“Kerja kreasi artistik ini memiliki urgensi bagi upaya revitalisasi, pelestarian, dan pengembangan kearifan lokal, khususnya wayang dan candi untuk mendukung pariwisata Indonesia,” kata dia.

Dia menjelaskan metode penciptaan itu dilakukan dengan penelitian artistik, memuat langkah-langkah eksplorasi, perancangan, kreasi-inovasi, dan presentasi. 

Pada Tahap pertama, eksplorasi yang dilakukan untuk mengkaji data dan menemukan materi utama sebagai bahan penciptaan karya seni wayang. Tahap kedua, melakukan perancangan konsep pertunjukan wayang Garudeya dengan aspek kebaruan. 

Tahap ketiga, melakukan kreasi seni pertunjukan wayang Garudeya yang berkualitas dan menarik masyarakat. Tahap keempat, mempresentasikan hasil kreasi seni pertunjukan wayang Garudeya kepada masyarakat melalui live pertunjukan di destinasi candi maupun channel Youtube.

Esha menyebut Relief Garudeya dapat ditemukan pada dinding Candi Sukuh di Karanganyar Jawa Tengah, Candi Kidal di Malang Jawa Timur, dan Candi Kedaton di Probolinggo Jawa Timur.

Ketiga candi ini mengisahkan Garudeya dalam membebaskan ibunya bernama Winata dari perbudakan Kadru.  Garudeya berjuang untuk mendapatkan tirta amerta sebagai sarana memerdekakan ibunya. Intinya, cerita Garudeya memuat ajaran mengenai bakti seorang anak terhadap orang tua.

Esha melanjutkan adaptasi relief Garudeya pada Candi Sukuh, Candi Kedaton, dan Candi Kidal menjadi pertunjukan wayang garudeya dapat dimaknai sebagai adaptasi verbal dan adaptasi visual. 

“Adaptasi verbal, maksudnya relief Garudeya digubah menjadi bentuk naskah lakon wayang Garudeya.  Adapun adaptasi visual, dapat diperlihatkan pada alih ubah relief Garudeya menjadi bentuk boneka wayang Garudeya,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya