SOLOPOS.COM - Ilustrasi perawatan manula di panti jompo. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan orang yang dimulai pada usia 65 tahun.

Dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, dr. Lisetiawati, mengatakan idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri.

Promosi Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Melambat tapi Prospektif

Saat ini, depresi pada orang lansia di seluruh dunia di perkirakan ada 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia di Indonesia tercatat 22,3 juta jiwa dengan umur harapan hidup 65-75 tahun.

Pada 2020 meningkat menjadi 11,09% (29,12 juta lebih) dengan usia harapan hidup 70-75 tahun dan diperkirakan pada 2025 akan mencapai 1,2 miliar.

“Prevalensi depresi pada orang lansia berjenis kelamin wanita lebih tinggi,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Alasan perbedaan ini meliputi perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan, dan perbedaan stressor psikososial. Wanita memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada pria, bahkan di masa tua.

Angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius adalah lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan stroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit Parkinson, 20% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

Tanda dan Gejala Depresi pada Orang Lansia

Lisetiawati menjelaskan, ciri-ciri pokok untuk episode depresif mayor adalah suatu periode paling sedikit 2 pekan. Selama masa tersebut terdapat mood terdepresi atau kehilangan ketertarikan atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas.

Individu dengan depresi biasanya mengalami paling sedikit empat gejala tambahan yang meliputi perubahan-perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, perubahan tidur, dan aktivitas psikomotorik; energi yang berkurang; perasaan tidak berharga atau bersalah; kesulitan dalam berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan; atau pemikiran-pemikiran berulang tentang kematian atau pemikiran, rencana-rencana, atau usaha untuk bunuh diri.

Gejala-gejala lain depresi pada orang lanjut usia antara lain kecemasan dan kekhawatiran, keputusasaan dan keadaan tidak berdaya, masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan, iritabilitas, kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet, serta psikosis

“Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda. Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik.
Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi,” ujar Lisetiawati.

Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat bermacam-macam seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal, dan sebagainya.

Penyakit fisik yang diderita orang lansia sering mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan.

“Inilah yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa maupun diterapi dengan baik,” ujarnya.

Penyebab lain kesulitan dalam mengenal depresi pada orang lansia, mereka maupun keluarganya biasanya tidak memperdulikan gejala-gejala depresif. Mereka menganggap bahwa gejala-gejala tersebut normal bagi orang yang telah mencapai usia tua.

“Orang lansia sering gagal mengenali depresi yang terjadi pada dirinya. Orang lansia sering menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukkan dia lebih aktif,” ujar Lisetiawati.

Faktor Penyebab Depresi pada Orang Lansia

Dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, dr. Lisetiawati. (Istimewa)
Dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, dr. Lisetiawati. (Istimewa)

Pada orang lansia, depresi biasanya dipicu stres karena berbagai masalah mulai dari kesehatan hingga finansial.

Ada beberapa faktor penyebab depresi pada orang lansia antara lain masalah kesehatan, kesepian dan isolasi, berkurangnya tujuan hidup, ketakutan atau kecemasan, berkabung/kehilangan pasangan, hingga kondisi medis tertentu yang menyebabkan timbulnya depresi.

Penatalaksanaan Depresi pada Orang Lansia

Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren dan kronisitas. Depresi pada lansia dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan interdisiplin yang menyeluruh.

Penanganan depresi pada orang lansia memerlukan perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar. “Karena ketidaksabaran terapis dianggap sebagai penolakan,” ujar Lisetiawati.

Cara Mencegah Depresi pada Orang Lansia

Berikut beberapa cara mencegah depresi pada lansia yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari menurut dr. Lisetiawati:

1. Mengurangi waktu sendirian, usahakan tetap terhubung dengan keluarga, teman, atau lingkungan sosial.
2. Merawat hewan peliharaan seperti kucing atau anjing untuk mengurangi rasa kesepian.
3. Banyak tertawa, misalnya dengan menonton tayangan komedi atau bercengkrama dengan anak cucu. 4.Mempelajari keterampilan baru seperti belajar alat musik atau bahasa asing.
5. Bepergian ke berbagai tempat untuk menikmati suasana di luar rumah seperti ke taman kota atau danau.
6. Berolahraga secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh dan suasana hati yang lebih baik. 7.Mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi agar tubuh selalu bugar.
8. Tertib mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter, terutama bagi orang lansia yang memiliki penyakit kronis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya