SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Permintaan bahan bakar khusus (BBK) atau bahan bakar nonsubsidi naik tajam. Selisih harga yang tak terlalu jauh antara bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan BBK yang tak terlalu jauh membuat pembeli bermigrasi.

Jika sebelum kenaikan rata-rata permintaan BBK sekitar 40 kiloliter per hari, kini menjadi 120 kiloliter per hari.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Naiknya permintaan tersebut diungkapkan Fredy Anwar, Marketing Branch Manager DIY-Surakarta di sela-sela penarikan undian Pertamax Series Periode II November 2014 di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Lempuyangan, Jogja, Rabu (3/12/2014).

Menurut Fredy, konsumsi Pertamax series pada saat sebelum kenaikan BBM bersubsidi hanya sekitar 2% dari total bahan bakar yang disalurkan. Tetapi sekarang sudah mencapai 4,5%-5%. “Kami menargetkan konsumsi Pertamax series bisa mencapai tujuh sampai delapan persen,” jelasnya.

Sebelum kenaikan BBM bersubsidi, lanjut dia, Depot Rowulu mengeluarkan BBM sebanyak 1.500 kiloliter per hari. Tetapi setelah kenaikan harga BBM bersubsidi turun jadi 1.400 kiloliter per hari.

Sebagian pengguna kendaraan bermotor beralih menggunakan Pertamax series karena selisihnya tidak banyak dengan BBM bersubsidi.

Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kekosongan Pertamax, pihaknya meminta SPBU agar meningkatkan persediaan karena permintaan memang naik. “Kami berharap SPBU tidak kehabisan Pertamax seperti yang terjadi beberapa waktu lalu,” katanya.

Harga Pertamax di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Rp10.800 per liter, sedangkan harga premium (BBM bersubsidi) Rp8.500 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya