SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BONDOWOSO — Penggunaan pertamax setelah kenaikan harga BBM bersubsidi melejit. Selain karena selisih harga premium dan pertamax yang kian mengecil (hanya Rp2.100/liter), ada yang percaya penggunaan pertamax membuat kendaraan lebih hemat. Benarkah?

Yusworo Setyo Winoto, guru teknik sepeda motor Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Bondowoso, seperti dikutip Antara, menjelaskannya secara rinci. Ia menjelaskan untuk menyimpulkan apakah penggunaan pertamax lebih hemat harus dilihat secara keseluruhan, bukan sekadar membandingkan berapa konsumsi premium dan pertamax oleh kendaraan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Menurut lulusan Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini, yang pertama harus dilihat adalah kesesuaian kompresi atau tekanan sepeda motor. Untuk motor dengan kompresi 9:1, cukup menggunakan premium. Sementara motor dengan kompresi 9,2:1 “harus” menggunakan pertamax dan untuk kompresi 9,5:1 butuh pertamax plus.

“Jadi, harus mengerti kompresi motornya dahulu. Ini yang masyarakat sering tidak tahu karena memang tidak ada petunjuknya di kendaraan. Biasanya di brosur penjualan itu ada. Meskipun tidak ada keterangan di kendaraan, secara umum kendaraan keluaran terbaru, apalagi yang menggunakan sistem injeksi, bukan karburator, kompresinya sudah di atas 9,2:1. Jadi, seharusnya menggunakan pertamax,” katanya.

Guru yang pernah menjalani praktik perawatan sepeda motor di Yamaha Jember dan Honda Surabaya ini menjelaskan BBM jenis premium lebih mudah terbakar dibandingkan pertamax. Sebelum sampai di busi, aliran premium sudah terbakar sehingga tidak terjadi pembakaran secara sempurna atau masih bersisa.

Sisa pembakaran itu akan menjadi kerak atau kotoran yang menempel di silinder atau masyarakat umum biasa menyebut sebagai blok sepeda motor. Selain itu, premium juga mengandung zat timah atau timbel yang menyebabkan polusi udara, sementara pertamax tidak ada.

Kelebihan lainnya, kata dia, pertamax saat diproduksi sudah ditambah dengan zat aditif yang berfungsi membersihkan bahan bakar. Pertamax yang dalam sistem pembakaran hanya terbakar saat bersentuhan dengan busi, menyebabkan pembakarannya sempurna. Apalagi, ditambah dengan zat pembesih itu.

“Akibatnya, kalau kendaraan yang biasa menggunakan premium harus sering diservis karena blok atau silindernya lebih cepat kotor. Maka, kendaraan dengan konsumsi pertamax, lebih lama masa servisnya karena lebih bersih. Pemakaian suku cadangnya tentu lebih awet. Barangkali hitungan secara menyeluruh seperti ini yang kemudian pertamax dianggap lebih hemat,” katanya.

Mengenai motor dengan pembakaran sistem injeksi, Yusworo menjelaskan bahwa hal itu berbeda dengan karburator. Kalau karburator, pengaliran BBM agar terjadi pembakaran dengan pola disedot, sedangkan injeksi dengan cara disemprotkan.

Pada kendaraan dengan sistem injeksi, lubang penyemprotan BBM atau biasa disebut noksel, berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil daripada rambut. Dengan lubang aliran yang sangat halus itu, jika menggunakan premium akan mudah kotor dan lama-kelamaan terjadi penyumbatan. Akibatnya, laju kendaraan juga mulai tersendat.

“Membersihkan noksel itu tidak bisa di bengkel sembarangan, harus di bengkel resmi. Selain itu, kalau injektornya itu harus diganti karena kelamaan menggunaan premium, harganya juga mahal. Banyak teman saya yang mengaku setelah sepeda motornya digunakan dua atau tiga tahun, sudah tidak nyaman. Setelah saya tanya, mereka menggunakan premium, padahal kompresi motornya di atas 9,2:1 atau yang menggunakan injeksi,” katanya.

Ditanya apakah penggunaan premium mengakibatkan kecepatan kendaraan bertambah atau tarikan saat digas menjadi lebih enteng, dia mengaku belum memiliki referensi mengenai hal itu. Dia hanya menduga, hal itu berkait dengan kebersihan mesin sehingga tarikan maupun laju kendaraan menjadi lebih nyaman.

Tidak lupa Yusworo juga mengingatkan bahwa ketentuan mengenai kompresi dan sistem injeksi yang lebih mendukung kinerja mesin dengan bahan bakar pertamax atau pertamax plus itu juga berlaku untuk mobil. Mobil-mobil keluaran terbaru sudah seharusnya menggunakan pertamax atau pertamax plus.

Jika mengikuti penjelasan Yusworo, keinginan pemerintah agar masyarakat menggunakan BBM nonsubsidi tampaknya akan berjalan lempeng. Pemilik mobil mewah atau pejabat dengan mobil dinasnya, yang sebelumnya menggunakan berbagai cara untuk menghindar menggunakan pertamax, nantinya tidak akan ditemukan lagi. Pengguna sepeda motor saja mau menggunakan pertamax, apalagi mobil mewah dan kendaraan dinas.

PT Pertamina (Persero) menyatakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax naik hingga 137% setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. SVP Fuel Marketing and Distribution Pertamina, Suhartoko, mengatakan konsumsi Pertamax mencapai 5.219 kiloliter per hari atau naik 137% dari rata-rata konsumsi harian sebelumnya yang mencapai 2.200 kiloliter.

“Itu rata-rata sepekan terakhir [setelah kenaikan harga BBM bersubsidi],” katanya seusai rapat dengan Komite Reformasi Tata Kelola Migas di Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Namun perbedaan harga akibat biaya pengiriman pertamax dari satu daerah dengan daerah lainnya tidak menjadikan semua masyarakat lebih tertarik menggunakan pertamax. Di Ambon yang harga pertamax mencapai Rp14.500,00/liter, penggunaan pertamax belum ada peningkatan berarti sebagaimana yang terjadi di Pulau Jawa. Hal ini bisa diatasi dengan perbaikan infrastruktur transportasi, termasuk program Tol Laut Presiden Jokowi, sehingga biaya pengiriman BBM ke luar Jawa menjadi lebih murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya