SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Solopos.com, JAKARTA — Nilai tukar atau kurs rupiah diprediksi terus tertekan dan bisa menembus Rp13.000 hingga Rp14.000/dolar AS jika harga BBM bersubsidi tidak jadi dinaikkan. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Quvat Management Pte Ltd Tom Lembong. Seperti diketahui saat ini, nilai tukar rupiah masih berkisar di level Rp11.700 per dolar AS.

“Saya perkirakan rupiah bisa mencapai Rp13.000—Rp14.000 per dolar AS kalau harga BBM tidak dinaikkan,” ujarnya di sela-sela acara Wealth Wisdom Permata Bank, Rabu (3/9/2014).

Promosi Dirut BRI dan CEO Microsoft Bahas Akselerasi Inklusi Keuangan di Indonesia

Menurutnya, jika pemerintahan yang baru nanti bisa menjelaskan dengan baik kepada masyarakat bahwa subsidi BBM dialihkan ke hal-hal yang sifatnya lebih produktif, maka turbulensi politik akan mereda.

“Begitu masyarakat mulai merasakan bahwa rumah sakit dan sekolah-sekolah itu jadi bagus, oh artinya subsidi BBM dialihkan ke sarana yang lain. Dengan komunikasi yang baik, turbulensi politik akan mereda,” jelas Tom.

Sementara itu ekonom dari UGM, Tony Prasetiantono, yang juga merupakan Komisaris Independen Bank Permata Tbk. mengatakan jika harga BBM bersubsidi tidak dinaikkan, implikasinya ada dua. Pertama, beban APBN akan semakin besar karena kuota BBM akan terus terlampaui. “Risikonya adalah fiskal kita tidak punya ruang untuk melakukan stimulus,” ujarnya.

Kedua, APBN akan dianggap tidak kredibel oleh para investor. Investor akan melihat pemerintah Indonesia ‘tidak becus’ menjalankan kebijakan fiskalnya. “Jadi kalau buat mereka, ya mending saya mencari negara lain yang investasinya lebih menarik seperti China, India, dan bahkan Filipina,” ujar Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya