SOLOPOS.COM - Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Pengendara mengisi bahan bakar minyak (BBM) Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dari Rp4.500/liter menjadi Rp6.500/liter dan solar dari Rp4.500/liter menjadi Rp5.500/liter diperkirakan bakal mengerek angka inflasi lebih dari 1%.

Promosi BRI & E9pay Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Layanan Finansial bagi PMI di Korsel

Sementara itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo mendesak pemerintah pusat segera memberikan kepastian terkait rencana kenaikan harga BBM, dengan tujuan menekan praktik spekaluasi dan masyarakat tidak terlalu lama wait and see.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R Bagus Rahmat, menyampaikan di tahun ini masih ada beberapa momen yang diperkirakan berpotensi mengerek inflasi. Selain Lebaran dan Natal, rencana kenaikan harga BBM juga dipastikan bakal memberikan pengaruh terhadap inflasi.

“Itu sudah pasti akan memberikan pengaruh. Tapi, sejauh apa besar pengaruhnya, nanti akan kami hitung dulu berapa besar pengaruh kenaikan harga BBM itu terhadap kenaikan harga komoditas yang kami survei yang mencapai 300 komoditas,” ujar Bagus, kepada Solopos.com, Rabu (22/5/2013).

Dia mengatakan, berdasar pengalaman kenaikan harga BBM yang pernah terjadi sebelumnya, bisa jadi kenaikan harga BBM itu bisa mengerek inflasi hingga lebih dari 1%. Tetapi, proyeksi itu juga nantinya akan mempertimbangkan faktor lain seperti produksi dan ketersediaan stok.

“Jika produksi banyak dan stok aman, tekanan inflasi bisa lebih dikendalikan.”

Dari hasil inspeksi TPID Kota Solo, Selasa (22/5/2013) saja, beberapa komoditas mulai mengalami kenaikan harga tetapi bukan karena faktor spekulasi menjelang kenaikan harga BBM, melainkan karena faktor produksi yang berkurang.

“Jadi, untuk bulan Juni dan selanjutnya nanti memang banyak faktor yang bakal menentukan besaran inflasi. Selain faktor harga, mulai Juni nanti kami juga sudah memakai angka survei biaya hidup (SBH) tahun 2012 yang baru untuk mengukur indeks harga konsumen. Selama ini, SBH yang dipakai masih SBH tahun 2007,” papar Rahmat.

Ketua Tim Teknis TPID Kota Solo, S Joko Pangarso, menyampaikan salah satu rekomendasi TPID Solo setelah melakukan inspeksi ke pasar tradisional yaitu Pasar Gede dan Pasar Legi pada Selasa adalah wacana kenaikan harga BBM sebaiknya segera diputuskan agar tidak terjadi spekulasi yang berdampak pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok.

Dia mengatakan, inspeksi ke pasar tradisional tersebut salah satu tujuannya adalah untuk meredam ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM yang belum jelas serta sebagai upaya persuasi kepada pedagang agar ikut dalam menjaga stabilitas harga di Kota Solo.

TPID mengakui, wacana kenaikan harga BBM awal bulan lalu sempat memicu spekulasi di tingkat pedagang sehingga menaikkan beberapa komoditas. “Tetapi, secara umum saat ini kondisinya normal. Kenaikan harga beberapa komoditas bukan karena spekulasi melainkan pasokan yang berkurang. Jadi sifatnya kasuistik sekali.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya