SOLOPOS.COM - ilustrasi (dok)

ilustrasi (dok)

JAKARTA--Pemberian kompensasi kenaikan BBM dengan adanya bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) atau bantuan langsung tunai (BLT) dan sejenisnya, dinilai tidak akan menyelesaikan masalah dan justru menambah permasalahan baru.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

“Kenaikan BBM itu hanya akan menambah jumlah rakyat yang masuk dalam kategori miskin dan mereka yang masuk kategori miskin akan jatuh pada kategori sangat miskin,” ujar anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Idris Lutfi di Jakarta, Selasa.

Dalam pandangannya, kebijakan kenaikan BBM hanya jalan pintas yang diambil pemerintah dari sekian banyak pilihan kebijakan. Terlebih lagi survei terbaru yang dilaksanakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan penolakan terhadap kebijakan BBM sangat besar mencapai 86,6 persen.

“Ini angka yang cukup besar atas penolakan suatu kebijakan. Pemerintah harus berani cari solusi lain, jangan hanya berpikir jalan pintas,” ujarnya.

Menurut Idris, dengan 40 persen keluarga Indonesia berpenghasilan di bawah rata-rata dan 20 persen merupakan golongan yang rentan terhadap kemiskinan, maka jika BBM naik hanya 18,5 juta Kepala Keluarga (KK) atau 74 juta jiwa saja yang dapat BLSM.

Jumlah itu hanya sekitar 30 persen dari mereka yang berpenghasilan di bawah rata-rata. “Lalu bagaimana dengan 10 persen lagi masyarakat Indonesia yang berpenghasilan di bawah rata-rata dan 20 persen (12,4 juta) masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan. Pasti mereka semakin terpuruk,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Idris, jika pemerintah serius menggunakan BLSM sebagai kompensasi atas kenaikan BBM, maka berdasarkan data di atas, jumlah yang mendapatkan BLSM seharusnya mencapai 40 persen masyarakat Indonesia, atau sekitar 24, 7 juta KK, dengan nominal rupiahnya mencapai Rp33,3 triliun untuk BLSM sebesar Rp150.000 selama 9 bulan.

Jumlah ini ditambah BLSM untuk golongan rentan dengan jumlah Rp11,16 triliun untuk BLSM sebesar Rp.100.000 selama 9 bulan. “Totalnya mencapai Rp44,46 triliun. Artinya, jumlah ini tidak telampau jauh dengan penghematan APBN dari kenaikan BBM yang dicanangkan pemerintah sebesar Rp51 triliun,” ujarnya.

Karena itu, ia menambahkan, pemerintah harus cari jalan lain karena kompensasi BLSM yang dihitung pemerintah masih jauh dari sasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya