SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Harianjogja.com, JOGJA—Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Heruanto Hadna mengatakan penerapan kebijakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) harus mempertimbangkan aspek keadilan dan kewajaraan. Pemerintah didesak menggali lebih jauh persoalan tersebut.

Namun begitu, Hadna mengatakan penerapan kebijakan kenaikan listrik bagi industri dan rumah tangga yang memasang daya listrik cukup besar dinilai masih wajar. Dari hasil studi Indeks Perilaku Peduli Lingkungan (IPPL) 2012 yang dilakukan oleh PSKK UGM bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memasang daya listrik kurang dari 900 watt.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

“Saya melihat, kenaikan TDL sebenarnya kurang berpengaruh langsung terhadap rumah tangga. Namun, lain cerita bagi industri, dan bisnis. Sikap mereka bisa jadi akan turut menaikkan harga-harga barang,” kata Hadna, Sabtu (21/6/2014).

Selain sektor industri dan bisnis, kenaikan TDL menurut Hadna menjadi dilematis pula bagi wilayah-wilayah seperti Indonesia bagian timur. Berbeda dengan wilayah-wilayah di Pulau Jawa yang relatif mudah mengakses listrik, di sana tidaklah demikian. Minimnya sumber serta pasokan listrik di beberapa daerah harus dipertimbangkan oleh pemerintah.

“Pertanyaannya kemudian apakah kenaikan TDL ini harus diberlakukan sama bagi tiap daerah? Bisa atau tidak jika subsidi pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan energi itu dialokasikan lebih besar ke daerah daerah yang sumber serta akses listriknya minim,” jelas Hadna lagi.

Peneliti PSKK UGM, Agus Joko Pitoyo menegaskan sebagian besar rumah tangga di Indonesia menggunakan listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara, yakni 96,4%. Faktor yang menyebabkan penduduk di Jawa berperilaku tidak hemat listrik karena tingkat ekonomi dan ketersediaan fasilitas yang dimiliki oleh rumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain.

“Ketergantungan penduduk di Jawa terhadap penggunaan peralatan yang menggunakan listrik juga cukup tinggi sehingga konsumsi listrik menjadi tinggi,” ujar Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya