SOLOPOS.COM - Nokia Lumia 1020, salah satu andalan terbaru perusahaan asal Finlandia yang tengah mengalami kelesuan itu. (nokia.com)

Solopos.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pajak India membekukan aset-aset Nokia di jazirah itu karena perusahaan asal Finlandia itu belum membayar pajaknya senilai ratusan juta dolar Amerika Serikat. Sanksi itu tetap dijatuhkan kendati perusahaan itu menegaskan masih bisa melakukan transaksi perbankan.

Nokia sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara, Selasa (1/10/2013), mengakui otoritas pajak India telah membekukan seluruh asetnya di Hindhustan, Rabu (25/9/2013) waktu setempat. Diakui pula sanksi itu dijatuhkan karena perusahaan Finlandia itu belum membayar pajaknya senilai ratusan juta dolar Amerika Serikat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pada awal September ini, perusahaan Microsoft sepakat membeli Nokia senilai US$7,2 juta tetapi mendadak batal meski transaksi bisa dilakukan lewat bank. Halangannya adalah aset seperti bangunan dan pabrik lokal di India tetap dibekukan sehingga alih tangan Nokia kepada perusahaan asal Amerika Serikat itu menemui jalan buntu.

Lebih lanjut www.nytimes.com melaporkan, Nokia masih optimistis tetap melanjutkan transaksinya dengan Microsoft yang sedianya akan selesai sebelum 2014 berakhir. Perusahaan dari kawasan Nordik itu masih terus mengupayakan penyelesaian sengketa pajak dengan otoritas di India.

Sebelumnya, Nokia membangun pabriknya di Chennai, India selatan, pada 2006. Di kawasan tersebut dikhususkan memproduksi varian ponsel berharga miring Asha.

Telepon genggam jenis Asha mampu memberikan pilihan bagi masyarakat berkantong pas-pasan untuk memiliki ponsel berkemampuan lumayan. Ponsel keluaran Nokia itu ditujukan sebagai pengobat hati bagi mereka yang tidak mampu membeli handset mahal semacam Apple, Samsung, dan merek-merek kelas menegah-atas lainnya.

Beberapa tahun belakangan ini penjualan ponsel Nokia semakin tertinggal dari dua raksasa Apple dan Samsung. Merek telepon genggam yang sempat menjadi raja pada 1990-an dan awal 2000-an itu tidak mampu bersaing di pasar kelas atas sehingga mengincar kelas menengah ke bawah dengan harga hemat.

Nokia tampaknya tidak sendirian karena perusahaan produsen ponsel Vodafone asal Inggris juga menghadapi kendala pajak. Demikian pula halnya dengan perusahaan lain seperti General Electric dan Royal Dutch Shell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya