SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendirikan 34 perguruan tinggi baru, dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Tujuannya untuk memperluas akses masyarakat di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Dirjen Dikti Kemendikbud, Prof  Supriadi Rustad, menerangkan 34 PTN itu terdiri atas 28 perguruan tinggi, empat institut seni dan budaya dan dua institut teknologi. “Ini capaian yang luar biasa. Selama dua tahun mendirikan 34 perguruan tinggi,” katanya saat menjadi pembicara seminar bertema Langkah Strategis UNS dalam Rangka Mencapai Reputasi Internasional, di Aula Perpustakaan Pusat UNS, Senin (13/8/2012).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Ia juga mengungkapkan jika dahulu banyak orang berlomba-lomba mencari beasiswa, kini justru sebaliknya. “Sekarang eranya beasiswa cari orang,” ujarnya.

Pasalnya, kata Supriadi, banyak sekali beasiswa yang tersedia, baik dari Kemendikbud sendiri atau pun dari berbagai instansi, termasuk dari lembaga asing. Selama kurun waktu 2008-2011, beasiswa yang disediakan Kemendikbud jumlahnya melebihi seluruh beasiswa dari sumber asing. “Setiap tahun, alokasi beasiswa mencapai 1.100 beasiswa,” jelasnya.

Terkait dosen, Supriadi kembali mengingatkan agar seorang dosen giat melakukan penelitian dan mempublikasikan hasilnya di jurnal ilmiah terakreditasi. Sebenarnya, publikasi karya itu justru untuk melindungi hak cipta. Oleh karena itu dosen harus rajin menulis. “Otomatis orang yang rajin menulis adalah orang yang rajin membaca,” katanya.

Ia juga menyoroti kasus plagiat di kalangan dosen. Menurutnya, kini pengaduan soal plagiat terbuka lebar. Oleh karena itu, dosen harus benar-benar mempulikasikan karyanya sendiri, bukan karya orang lain. Seorang profesor, lanjutnya, juga dituntut membuat karya ilmiah yang dipublikasikan. Jika tidak, tunjangan akan dicabut. “Guru besar yang tidak membuat karya ilmiah, tetap bisa dipanggil profesor, tapi tunjangan kehormatan tidak akan diterima,” katanya.

Untuk mengantisipasi terjadinya plagiasi, Supriadi mengharapkan agar di setiap universitas dibentuk Komisi Etik.

Sementara Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi MS, mengatakan UNS bertekad menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Salah satu tujuannya agar UNS mendapatkan reputasi internasional. “Oleh karena itu seluruh komponen diharapkan berprestasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya