SOLOPOS.COM - Masjid JamIk Nur Abdullah ambruk akibat gempa di lintasan jalan nasional Desa Parue Keude, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Ampelsa)

Meskipun kekuatannya 6,5 SR, gempa Pidie Jaya Aceh lebih merusak daripada gempa lain dengan kekuatan yang sama.

Solopos.com, JAKARTA — Gempa yang mengguncang Pidie Jaya, Aceh, menimbulkan kerusakan besar dan banyaknya korban jiwa. Padahal, kekuatan gempa pada Rabu (7/12/2016) pagi itu sebesar 6,5 SR atau tidak jauh lebih besar daripada gempa-gempa di daerah lain dengan skala kerusakan yang lebih kecil.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Data sementara yang berhasil dihimpun di Kabupaten Pidie Jaya pada Rabu siang, 72 unit ruko roboh, puluhan tiang listrik roboh, sejumlah ruas jalan rusak, 15 unit rumah rusak berat, 5 unit masjid roboh, sebuah gedung STAI Al-Azziziyah roboh, dan 1 unit bangunan toko roboh. Sedangkan di Kabupaten Bireuen terdapat 2 unit rumah roboh dan 1 unit masjid roboh.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan besarnya kerusakan tersebut bukan hanya dipengaruhi kekuatan gempa atau magnitude. Skala kerusakan juga dipengaruhi oleh struktur tanah di pesisir timur Aceh yang lebih lunak.

“Tingkat kerusakan gempa bumi tidak hanya disebabkan magitudonya, tapi kondisi tanah setempat menentukan tingkat kerusakan,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Mochammad Riyadi, di Jakarta, Rabu sore, yang ditayangkan live oleh Kompas TV.

Menurutnya, daerah terdampak gempa tersebut berada di kawasan pantai sehingga material tanahnya didominasi pasir. “Seluruh daerah itu merupakan pesisir, dari Sigli sampai Pidie Jaya. Itu strukturnya pasir dan aluvium, atau zona subsoil, jadi zona lunak,” kata Riyadi.

Karena struktur tanah yang lunak tersebut, maka terjadilah resonansi getaran saat terjadi gempa. Karena itu, daya rusak gempa menjadi lebih besar, apalagi jika struktur bangunannya di bawah standar sehingga mudah rusak.

Selain itu, Riyadi menyatakan kemungkinan besar tidak ada lagi gempa susulan yang lebih besar dalam waktu dekat. Gempa susulan dengan kekuatan cukup besar sempat terjadi hingga dua kali setelah gempa pertama bermagnitude 6,5 SR pada pukul 05.30 WIB.

“Kemudian ada gempa susulan pukul 05.18 WIB dengan kekuatan 5,9 SR, lalu pukul 05.40 dengan kekuatan 4,8 SR. Ini sempat membuat panik masyarakat. Setelah itu, gempa susulan mengecil, sudah ada 15 gempa susulan, dengan tren makin mengecil.”

Karena itulah Riyadi menyimpulkan kemungkinan tidak akan terjadi gempa lebih besar lagi dalam waktu dekat. Gempa susulan merupakan fenomena yang biasa terjadi setelah terjadinya benturan antarlempeng yang memicu gempa tektonik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya