SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Reuters)

Kekerasan terhadap anak di Sragen dengan cara pengarakan siswi SMP tanpa busana menimbulkan trauma luar biasa.

Solopos.com, SRAGEN — R, 14, siswi kelas I SMP asal kawasan Karangmalang, Sragen, yang menjadi korban karena diarak dalam kondisi telanjang di jalan desanya, kini masih labil. Gadis itu kini tinggal di rumah seorang pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), Sugiyarsi, yang juga menjadi Women Cisis Center atau Pusat Pelayanan Penanganan Persoalan Perempuan dan Anak (P4PA) di Blimbing, Sambirejo, Sragen.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Di rumah yang juga markas Aliasi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) Sragen, itu, R tinggal untuk sementara. Rumah itu sangat jauh dari tempat tinggal R dan lingkungan kampungnya atau rumah tetangganya, yang mengaraknya dalam keadaan telanjang, Minggu (10/1/2016) lalu.

Kondisi psikis R pun masih labil dan Sugiyarsi dengan sabar merehabilitasi kondisi itu agar gadis itu siap bersosialisasi kembali ke masyarakat. Di sana, R masih meringkuk di kamar dengan wajah yang disembunyikan di balik guling. Ia malu menunjukkan wajahnya. Kendati bibirnya terlihat tersenyum lebar tetapi sorot matanya berkaca-kaca seperti orang mau menangis.

“Sudah-sudah ayo di luar saja!” bentak Sugiyarsi kepada Solopos.com saat bertandang ke rumahnya, Sabtu (16/1/2016) siang. Baca juga: Pengarak Siswi SMP di Sragen Jadi Tersangka, Pelaku Ditahan.

Setiap malam Sugiyarsi selalu menemani R tidur. Sambil memeluk sayang, Sugiyarsi selalu berdoa untuk menghilangkan pengaruh negatif yang menyelimuti R. Sugiyarsi juga meminta R membaca ayat kursi tiga kali sebelum tidur. Perempuan tua itu juga mengajari R disiplin dalam salat dan terus mendekatkan diri kepada Tuhan.

Aktivis perempuan itu menganggap R seperti anak atau cucunya sendiri. Hari itu, ia belikan tiga potong pakaian kesukaan R. Ia berencana membelikan kalung dan anting untuk R.

Sebagai remaja yang labil, kata dia, R ingin hidup seperti teman-teman sebayanya. Kondisi ekonomi keluarga R, sambung Sugiyarsi, tak mampu memenuhi tuntutan yang sebenarnya wajar sebagai remaja perempuan. Tindakan mencuri sendal jepit dan pakaian bekas itu, bagi Sugiyarsi, hanya sebagai usaha agar R menjadi gadis yang wajar seperti gadis seusianya.

Sejumlah teman dan gurunya di SMP swasta masih merindukan R agar kembali ke bangku sekolah. Lima orang temannya dan delapan orang gurunya menjenguk R di rumahnya kawasan Karangmalang, Sabtu pagi. Saat itu Sugiyarsi sengaja memulangkan R karena kangen dengan ibunya.

Kelima temannya sempat menangis saat melihat kondisi rumah dan keluarga R yang memang tak beruntung secara ekonomi. Mereka selipkan amplop berisi uang Rp1 juta kepada R dan keluarganya. “Ya tahu sendirilah kondisi rumahnya yang nyaris seperti kandang sapi itu. Sekarang anak itu saya ambil kembali biar tinggal di sini [Women Crisis Center] dulu untuk sementara,” kata Sugiyarsi.

Kasus yang menimpa R merupakan kasus yang meletakkan perempuan dalam posisi marginal dan tidak berperikemanusiaan kali pertama yang didampingi Sugiyarsi. Ia sering merehabilitasi perempuan anak korban pencabulan atau pemerkosaan.

R sempat diperiksa penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Sragen, Jumat (15//20161) sore. Sugiyarsi mendampingi R pada pemeriksaan tersebut. Baru ditanya penyidik selama 10 menit, R tiba-tiba pingsan. “Saya langsung menghentikan pemeriksaan dan membawa R pulang ke rumah. Secara psikologis, anak itu memang belum siap untuk berhadapan dengan penyidik,” ujarnya.

Sugiyarsi membutuhkan waktu agak lama untuk mengembalikan kepercayaan diri R yang sempat hilang setelah percobaan bunuh diri, Senin (11/1/2016) malam lalu. Ia menyakinkan R tentang masa depan yang masih panjang dan melupakan dendam atau prasangka negatif kepada siapa pun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya