SOLOPOS.COM - RAZIA PEKAT- Seorang waria, Agus (kiri), 30, menjalani pemeriksaan oleh petugas di Mapolsek Jebres, Solo, Jumat (20/4/2012). Petugas berhasil menangkap Agus saat digelar razia penyakit masyarakat (Pekat) di Jl Monginsidi, Jebres, Solo, namun ketiga teman Agus berhasil melarikan diri.

RAZIA PEKAT- Seorang waria, Agus (kiri), 30, menjalani pemeriksaan oleh petugas di Mapolsek Jebres, Solo, Jumat (20/4/2012). Petugas berhasil menangkap Agus saat digelar razia penyakit masyarakat (Pekat) di Jl Monginsidi, Jebres, Solo, namun ketiga teman Agus berhasil melarikan diri. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Salah pergaulan bisa berdampak negatif pada perilaku seseorang. Seperti itulah yang dialami Agus alias Trowong, 30. Sejak lahir, warga Sidomulyo, Sragen Tengah, Sragen ini tumbuh normal menjadi seorang laki-laki.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Layaknya laki-laki pada umumnya, Agus melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum pria. Seiring berjalannya waktu, Agus berubah penampilan dengan dandanan seksi layaknya perempuan. Ya, Agus sejak dua tahun lalu menyandang status waria.

Dalam hati kecilnya, pria yang pernah bekerja sebagai tenaga outsourching di Kantor Pos ini tak pernah bercita-cita menjadi waria. Namun, pengaruh pergaulan teman sesama waria membuat Agus tak berdaya. “Saya sebenarnya malu melakoni pekerjaan seperti ini. Tapi mau gimana lagi, saya sudah terlanjur terjun menjadi waria,” papar Agus yang senang dipanggil Angel saat ditanya Solopos.com, di Mapolsek Jebres, Jumat (20/4/2012).

Kisah Agus bermula saat dirinya bercita-cita membuka usaha tata rias pengantin. Pada 2010 lalu, Agus izin kepada orangtuanya untuk menimba ilmu dengan mengikuti kursus tata rias di Kota Solo. Sesampai di Solo, Agus dikenalkan dengan beberapa teman yang ahli di bidang tata rias. Namun karena pengaruh lingkungan,  Agus kemudian mengubah penampilan seperti wanita. Hingga label waria  pun disandangnya. Agus berdalih, pendapatan dari waria dapat digunakan untuk menambah modal usahanya. “Jika modal sudah cukup, saya ingin membuka usaha tata rias di tempat permanen. Saat ini saya masih enjoy seperti ini,” papar Agus dengan nada menggoda.

Profesi yang Agus jalani saat ini ternyata tidak diketahui keluarganya. Keluarga mengira bahwa Agus sedang belajar dan telah membuka usaha tata rias di Solo. “Malu dong kalau keluarga tahu saya sekarang ini. Saya sudah berjanji tidak akan pulang ke rumah sebelum sukses,” cerita Agus.

Agus merupakan satu dari empat waria yang tepergok sedang mangkal di tempat bekas losmen Jl W Mongonsidi, Purwodiningratan, Jebres, Kamis (19/4/2012) dini hari. Namun saat polisi datang ke lokasi, tiga teman Agus berhasil melarikan diri. “Kami mendapatkan informasi dari masyarakat yang resah atas ulah para waria. Kemudian kami datang ke lokasi untuk melakukan penggerebekan,” kata Kanit Reskrim Polsek Jebres, AKP Suharjo mewakili Kapolsek Jebres, Kompol I Wayan Sudhita, di Mapolsek Jebres.

Menurut Suharjo, penangkapan waria itu dilakukan saat petugas melakukan operasi penyakit masyarakat (pekat). “Waria yang kami amankan dilakukan pembinaan dan membuat surat pernyataan agar tidak melakukan perbuatan serupa,” tegas Suharjo mewakili Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya