SOLOPOS.COM - Asap tebal menutupi lahan di belakang perumahan Plesungan, Senin (7/9/2015). Asap itu hasil dari sampah di TPA Putri Cempo Solo yang terbakar, Minggu (6/9/2015). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Kebakaran di Solo kali ini terjadi melanda sampah TPA Putri Cempo. Dampaknya, asap menyebar ke permukiman di sekitarnya.

Solopos.com, SOLO — Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Jebres, Solo, terbakar sejak Jumat (4/9/2015). Asap dari sampah yang terbakar itu menyebar ke permukiman warga di Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, bahkan api membumbung setinggi rumah.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Hingga Senin (7/9/2015), warga Dukuh Sulurejo, RW 009, Desa Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, mengeluhkan kepulan asap kebakaran sampah itu. Desa Plesungan memang berbatasan langsung dengan Mojosongo.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, sampah terbakar sejak Jumat, namun saat itu api maupun asap belum terlihat. Namun pada Minggu (7/9/2010) sekitar pukul 18.00 WIB, warga melihat api membumbung tinggi melebihi atap rumah warga.

“Kami lihat, mendekat ke sampah yang terbakar. Itu tinggi apinya ngeri. Pemilik rumah yang terdekat enggak berani tinggal di rumah. Setelah itu, asapnya tebal,” kata warga Sulurejo RT 006/RW 009, Eka, 30, saat ditemui Solopos.com di warung miliknya, Senin (7/9/2015).

Warga juga khawatir kepulan asap tebal sudah menyelimuti sejumlah rumah warga hingga berjarak 500 meter dari tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo. Pantauan Solopos.com, jarak pandang di sejumlah lokasi di Dukuh Sulurejo terbatas. Asap masuk ke rumah warga sehingga mereka menutup pintu dan jendela.

“Asapnya pekat. Banyak anak-anak ini. Kasihan mereka. Apa harus nunggu ada korban? Pemerintah baru bertindak? Hla mbok ya dibantu, dipadamkan secepatnya,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Sakino, 40. Dia memiliki keponakan baru lahir beberapa hari lalu. Sakino menuturkan sampah di TPA Putri Cempo sering terbakar saat musim kemarau. Namun, dia tidak mengetahui penyebabnya.

“Enggak tahu. Mungkin pemulung merokok lalu dibuang sembarangan. Bisa karena reaksi kimia dari sampah. Atau sengaja dibakar. Setiap tahun seperti ini. Asap hilang setelah satu bulan,” tutur dia saat ditemui wartawan di teras rumahnya.

Namun, belum ada satu pun warga mengenakan masker. Mereka menghirup asap pembakaran bercampur gas amoniak yang dihasilkan sampah. Begitu pula dengan para siswa SDN Plesungan 2 yang belajar sambil menutup mulut dan hidung menggunakan tangan tanpa masker. “Pedes matanya. Ya batuk-batuk juga,” ujar siswa kelas 2 SDN Plesungan 2, Viona.

Sementara itu, Wakil Ketua RW 009, Jarot, menjelaskan belum melaporkan kondisi warga terganggu asap kepada perangkat Desa Plesungan. Dia mengaku enggan melapor lagi karena laporan warga seolah tidak mendapat tanggapan.

“Sampai bosan lapor-lapor terus. Tidak ada tanggapan. Hla ini mengganggu aktivitas warga. Anak-anak itu hlo kasihan. Belum ada pembagian masker. Belum ada pihak-pihak yang bertindak,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya