Solopos.com, MAKKAH — Keterlambatan makanan katering bagi jemaah menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi menyatakan, masyarik yang bekerja sama dengan Kementerian Agama RI harus menyampaikan permohonan maaf kepada jemaah haji Indonesia.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Selain keterlambatan makanan katering, jemaah juga mengalami keterlambatan penjemputan.
“Dari hasil evaluasi, memang ada beberapa titik yang mengalami hambatan dalam pelayanan Jemaah Haji. Kita inginkan agar para masyarik ini menyampaikan permohonan maaf mereka atas sejumlah insiden yang terjadi,” ujar Ashabul, di Makkah, Arab Saudi, Jumat (30/6/2023), dilansir laman resmi DPR.go.id.
Legislator Dapil Sulsel I ini mengapresisasi Pemerintah Indonesia yang telah menyampaikan permintaan maafnya kepada jemaah haji, tapi seharusnya masyarik ini yang lebih dulu menyampaikan permintaan maafnya.
Di sisi lain, perusahaan asal Solo PT Hati Barokah Investama tengah membangun pabrik di Arab Saudi guna memenuhi kebutuhan konsumsi jemaah haji.
Pemilik PT Hati Barokah Investama Puspo Wardoyo mengatakan saat ini pabrik sedang dalam proses pengerjaan dan diharapkan dapat selesai sekitar enam bulan ke depan.
“Akhir tahun ini insyaallah sudah operasional, kalau pabrik saya sudah produksi insya Allah tidak ada masalah untuk konsumsi jemaah haji,” kata dia, dalam keterangan yang diterima Solopos.com, Sabtu (1/7/2023)
Ia mengatakan untuk sebagian bahan baku saat ini sudah dikirimkan ke Arab Saudi. Menurut dia, seharusnya perusahaan tersebut bisa mulai memenuhi kebutuhan konsumsi sebagian jemaah haji pada tahun ini.
Namun karena terjadi kendala pengiriman, PT Hati Barokah Investama yang merupakan induk dari PT Halalan Thayyiban Indonesia, Tbk, bagian dari Wong Solo Group tersebut baru bisa memenuhi kebutuhan haji untuk tahun depan.
Puspo mengatakan nantinya makanan yang diproduksi oleh perusahaan tersebut merupakan makanan siap saji namun tidak mengurangi rasa maupun kualitas makanan.
“Kalau makanan (dalam kondisi tersebut) memang harus ready to meal (siap saji), enggak bisa fresh. Makanan fresh itu dari masak sampai dengan menyajikan waktunya 15 jam lebih, pasti hasilnya jelek,” ungkapnya.
Sementara itu, perusahaan tersebut akan memenuhi kebutuhan untuk jemaah dari berbagai negara. Bukan hanya dari Indonesia tetapi juga dari berbagai daerah di Timur Tengah.
“Bahkan 3-4 tahun lagi, kami bisa memenuhi kebutuhan untuk 8 juta jemaah haji,” katanya.