News
Kamis, 7 Desember 2023 - 14:36 WIB

Kasus Covid-19 Varian Baru Kembali Melonjak

Newswire  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga medis memegang tulisan Covid-19. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Kasus penyebaran Covid-19 kembali melonjak. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan ada pergeseran dominasi varian baru dalam lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini. Oleh sebab itu, masyarakat diimbu untuk kembali disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah telah mendeteksi adanya subvarian baru, yakni EG2 dan EG5.

Advertisement

“Sudah mulai ada pergeseran dominasi varian baru. Ada subvarian baru EG2 dan EG5,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (7/12/2023).

Menurutnya, subvarian itu terdeteksi di samping subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Hal itulah yang kemudian menjadi penyebab utama kenaikan kasus Covid saat ini.

Advertisement

Menurutnya, subvarian itu terdeteksi di samping subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Hal itulah yang kemudian menjadi penyebab utama kenaikan kasus Covid saat ini.

Ada kenaikan dari rata-rata 40-60 [kasus] minggu kemarin menjadi 237 kasus,” jelas Nadia.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan, mengimbau masyarakat untuk kembali meningkat protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan demi mengantisipasi kasus Covid-19.

Advertisement

“Kita memang melihat sekarang pelaksanaan protokol kesehatan terutama memakai masker mulai kendor, tapi, melirik kondisi dan lonjakan kasus di Singapura dan Malaysia bahkan di Indonesia, kami dari PB IDI mengimbau mulailah kembali saat ini memakai masker bila bergejala batuk, pilek, bersin,” kata Erlina, sebagaimana dikutip dari Antara.

Laporan secara global menunjukkan ada lonjakan kasus baru varian Covid-19 pada 28 hari terakhir terhitung dari 23 Oktober – 19 November 2023. Terdapat 104 negara yang melaporkan kenaikan kasus dan 43 negara yang melaporkan kematian.

Di Singapura tercatat ada 22.000 kasus varian dari Omicron yaitu EG.5 dan HK 3 yang mendominasi 70% dari total kasus pada Oktober – November. Varian Omicron juga berevolusi, antara lain BA.2.86 yang kemampuan infeksinya rendah.

Advertisement

Sementara di Malaysia dari data 2 – 8 Oktober 2-23 terdapat 927 kasus terkonfirmasi dan di bulan November terjadi peningkatan hampir 4.000 kasus. Meningkatnya kasus di Singapura dan Malaysia, kata Erlina, karena mobilitas yang tinggi, di mana masyarakat pada bulan November melakukan perjalanan berlibur akhir tahun, dan kumpul bersama teman.

“Data mereka juga menunjukkan bahwa ternyata antibodi masyarakat sudah menurun karena secara teori mengatakan bahwa setelah enam bulan atau 12 bulan terjadi penurunan antibodi,” kata Erlina.

Dari data 89 negara dilaporkan mengalami peningkatan kasus, seperti di Amerika dengan varian EG.5 sebanyak 24,8%, Kanada 12%, China 10%, Jepang 7%, dan Korea Selatan 6%.

Advertisement

Tren Covid-19 di Indonesia

Sementara itu data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), kondisi peningkatan kasus di Indonesia tercatat ada kasus EG.5 sejak Juni, dan pada bulan Juli meningkat sebesar 20% dan pada Agustus 2023 menurun kembali.

Peningkatan kasus varian Covid-19 juga terjadi di Indonesia bulan Oktober sampai November 2023 dengan data terkonfirmasi 65 kasus pada 2-8 Oktober 2023, dan 151 kasus pada 20-26 November 2023 dan satu kasus meninggal pada November.

Situasi rawat inap akibat subvarian ini juga tergolong rendah, RSUD Soetomo Surabaya merawat dua pasien pada periode Oktober sampai November. Sementara di Jawa Barat okupansi tempat tidur juga masih di bawah 3% dalam kurun waktu September sampai November 2023.

Erlina mengimbau masyarakat untuk tidak panik karena subvarian dari Omicron itu memiliki gejala ringan dan belum dapat dipastikan apakah infeksi bA.2.86, EG.5 maupun HK.3 menghasilkan gejala yang berbeda dari varian lainnya.

“Varian ini memiliki kesamaan gejala COVID-19 secara umum, cenderung serupa diantara berbagai varian yaitu demam tinggi, batuk, rhinorrhea (hidung meler), kehilangan penciuman dan pengecap,” ucap Erlina.

Faktor penentu berat ringannya gejala bergantung pada kekebalan tubuh seseorang, terutama kelompok lansia, orang dengan komorbiditas misalnya diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal yang tidak terkontrol dan orang dengan kondisi imunokompromis seperti HIV, autoimunitas dan kanker.

Erlina juga berpesan untuk menerapkan hidup sehat, makan dengan nutrisi seimbang, mencuci tangan dengan air mengalir, memakai masker saat di keramaian dan perjalanan dan membatasi waktu berada di ruang tertutup.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif