SOLOPOS.COM - Sejumlah kapal timsar mencari korban Kapal KMP Ravelia II yang tenggelam di Selat Bali, Banyuwangi, Jumat (4/3/2016). KMP Rafelia II yang beroperasi dari Pelabuhan Gilimanuk Bali menuju Pelabuhan Ketapang, tenggelam di Selat Bali sekitar pukul 13.10 WIB. (JIBI/Antara Foto/Budi Candra Setya)

Kapal tenggelam KMP Rafelia II di Selat Bali diduga diwarnai pelanggaran SOP. Truk-truk tronton tak diikat dan kapal melebihi batas air.

Solopos.com, JAKARTA — Dua ABK KMP Rafelia II saat diperiksa oleh polisi menyatakan kapal yang mereka awaki menunjukkan beberapa kejanggalan sebelum dan menjelang detik-detik tenggelamnya kapal. Ada dugaan pelanggaran SOP yang terjadi dalam pengoperasian kapal sebelum menyeberangi Selat Bali.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Mualim 2 KMP Rafelia II, Ali Imron, saat diperiksa oleh penyidik Satpolair Banyuwangi menjelaskan, posisinya sesaat sebelum kapal tenggelam berada di dek luar anjungan kapal. Namun dia bisa dengan jelas melihat Mualim 1 Puji Purnomo dan Nahkoda Bambang berada di ruang kendali. Kapten KMP Rafelia yang belum teridentifikasi tersebut terakhir menggunakan kaos berkerah warna putih dan celana jins berwarna biru gelap.

“Mereka semua ada di ruangan kemudi di anjungan. Sebelah kanan almarhum Mualim 1 dan juga ada Kapten berbaju putih berkerah celana biru gelap sedang memegang kendali kapal,” jelas Ali ketika diperiksa penyidik di salah satu ruangan Polair Banyuwangi, Minggu (6/3/2016).

Selain menceritakan tentang kondisi dan ciri-ciri properti yang dikenakan dua perwira KMP Rafelia II, Ali Imron juga menjelaskan seluruh truk tronton yang diangkut oleh kapal tersebut tidak diberi pengaman berupa tali pengikat. Padahal, memberikan pengamanan pengait di masing-masing kendaraan besar seperti tronton adalah salah satu SOP yang harus dikerjakan.

“Muatan memang tidak pernah dilasing [diberi pengikat tali di masing-masing sisi kendaraan besar]. Saat kejadian juga kendaraan besar tidak ada yang dilasing,” imbuh Ali.

Selain itu, Kelasi KMP Rafelia II, Martha Tri Handoko, menambahkan meski saat itu dia sedang istirahat, ia sempat mengetahui jika kapal itu sudah melebihi batas air yang telah ditentukan. “Saya waktu itu sedang istirahat tidak sedang bertugas. Tapi saya sempat mengetahui jika kondisi kapal kelebihan batas air di atas 2 meter,” ujar Martha.

Sementara itu, GM PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang Yusuf Hadi mengatakan, rapat koordinasi Minggu sore memutuskan operasi tim gabungan dalam pencarian korban tenggelamnya KMP Rafelia II resmi ditutup pukul 15.30 WIB. Namun, tim SAR akan tetap menjalankan operasi Siaga SAR selama sepekan ke depan dengan angota tim yang dirampingkan.

“Operasi Siaga SAR akan tetap dilakukan, dengan tim lebih kecil sekitar 20-30 orang saja. Operasi siaga akan dilakukan selama 7 hari ke depan,” kata Yusuf dalam siaran pers, Minggu sore.

Meski operasi tim Siaga SAR lebih ramping, dia menegaskan ASDP tetap berkomitmen untuk tetap berkoordinasi dan memfasilitasi upaya penyisiran, pencarian, dan penyelamatan korban KMP Rafelia II hingga tuntas.

“Tim Siaga SAR telah komit operasi pencarian akan berlangsung 7 hari, melakukan penyisiran baik lewat udara serta penyelaman di laut dari lokasi tenggelamnya kapal, hingga radius tertentu ke wilayah yang berpotensi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya