SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri) didampingi Bupati Ngawi Budi Sulistyono (kanan) melihat traktor yang akan dibagikan Presiden Joko Widodo di Lapangan Keras Wetan, Kecamatan Geneng, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (27/1/2015). Jokowi dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Ngawi, dengan agenda antara lain menyerahkan bantuan 1.000 unit traktor secara gratis kepada perwakilan kelompok tani di seluruh Jatim. (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Kabinet Jokowi-JK diisi sejumlah kalangan profesional non partai. Salah satunya Amran Sulaiman yang mengaku pernah jadi penyuluh pertanian lapangan (PPL).

Solopos.com, SOLO — Saat memberikan sambutan di depan ribuan penyuluh pertanian lapangan (PPL) Jateng di Taman Budaya Surakarta (TBS), Rabu (25/2/2015), Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, tiba-tiba teringat masa lalunya. Pria kelahiran Sulawesi Selatan, 27 April 1968, lalu mengaku jiwa PPL masih melekat di sanubarinya.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Pengalaman sebagai PPL yang bergaji minim memaksa dirinya harus memutar otak. Saat menjadi PPL, kata Amran, dirinya melaksanakan tugas tersebut dengan penuh ikhlas. Setiap hari, Amran selalu mengunjungi 25 petani di daerahnya.

“Saya menjadi PPL mulai tahun 1994-1996. Waktu itu, gaji saya hanya Rp150.000. Makan siang mi instan satu bungkus sudah biasa. Saya lahir sebagai seorang miskin, saya tak ingin mati miskin. Semangat itulah yang mengubah saya, dari seorang PPL menjadi seorang menteri,” katanya.

Untuk membuktikan dirinya pernah bertugas sebagai PPL, Amran Sulaiman menyampaikan rahasia menghitung hasil panen padi per hektare. Amran mengimbau kepada seluruh penyuluh di Jateng agar memahami segala persoalan di bidang pertanian.

“Kalau setiap bulir ada 200 biji padi, otomatis hasilnya dalam satu hektare bisa mencapai 9 ton,” kata alumnus Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin (Unhas) tersebut.

Pada kesempatan itu, Amran mengajak ribuan penyuluh harus memiliki rasa bangga dengan pekerjannya. Kendati bergaji minim, seorang PPL harus dapat berkreasi meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

“Jiwa PPL itu pasti tak akan rela kalau negaranya hanya mewariskan impor kepada anak cucunya. Itu jiwa yang sangat mulia karena kalau bisa melawan impor, kita akan dikenal anak cucu di masa mendatang. Saya meyakini kalau para PPL bekerja sungguh-sungguh, swasembada [padi, jagung, dan kedelai] tak perlu menunggu waktu tiga tahun, melainkan hanya satu tahun,” katanya.

Amran Sulaiman dipercaya Presiden Jokowi untuk menjabat sebagai menteri pertanian. Di mata Jokowi, Amran dikenal sebagai praktisi, pemikir, dan wirausahawan muda di bidang pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya