SOLOPOS.COM - Jenderal (Purn.) Widodo Budidarmo (wikipedia)

Kabar duka mantan Kapolri Widodo Budidarmo wafat di usia 89 tahun.

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Kapolri Jenderal (Purn.) Widodo Budidarmo tutup usia pada Jumat (5/5/2017) dinihari di Jakarta. Jenazah pria yang menjabat sebagai Kapolri ke-7 pada periode 26 Juni 1974 hingga 25 September 1978 itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Sabtu (6/5/2017) siang.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Dilansir Antara, Widodo Budidarmo mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, pada Jumat pukul 02.30 WIB pada usia 89 tahun.

Menurut keterangan cucu Almarhum, David, sang kakek meninggal dunia setelah mengalami penyakit yang sudah komplikasi sejak lama. “Beliau memang sudah mengalami sakit yang komplikasi, pukul 02.15 WIB pihak rumah sakit memberikan tindakan terakhir,” kata Daviddi rumah duka di Jalan Hangtuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu, seperti dikutip dari Okezone.

David menambahkan Jenderal (Purn.) Widodo Budidarmo sudah dirawat di rumah sakit sejak sebulan yang lalu. “Sudah sejak tanggal 6 April, kakek sudah dirawat di rumah sakit,” ungkap dia.

Kadivhumas Polri Irjen Pol. Setyo Wasisto mengatakan Widodo dikenal sebagai sosok yang bersahaja, rendah hati dan pantang menyerah.

“Saya kenal beliau setelah beliau tidak menjabat sebagai kapolri. Secara pribadi beliau itu pribadi yang sederhana, rendah hati. Hobinya berburu. Setelah pensiun pun beliau masih berburu di Bengkulu, Jambi,” katanya di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.

Setyo menambahkan mendiang kapolri ke-7 itu meninggalkan warisan program yang hingga kini masih berjalan. “Samsat itu peninggalan beliau. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap, gabungan Polri, Dispenda dan Jasa Raharja,” kata dia.

Jenderal Widodo lahir di Surabaya pada 1 September 1927. Bangku sekolah “rasa” Belanda setingkat sekolah dasar (SD) sempat dikenyamnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan dilanjutkan ke sebuah sekolah teknik.

Sekolah Penerbang

Di masa revolusi fisik (1945-1949), Widodo muda ikut mengangkat senjata di Jawa Timur sebagai salah satu serdadu TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), setelah sebelumnya di zaman pendudukan Jepang, ikut pendidikan militer Heiho (tentara pembantu Jepang).

Pasca-perang kemerdekaan, Widodo lantas menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas (SMA) pada 1950 kemudian masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Namun sebelum masuk PTIK, Widodo sempat lebih dulu ikut ujian masuk sekolah penerbang AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia, kini TNI AU) dan jadi kadet penerbang angkatan I di Pangkalan Auri Andir (kini Lanud Husein Sastranegara) Bandung.

Widodo menikah dengan Darmiati Poeger pada 4 Juni 1955 dan dianugerahi dua putri dan seorang putra.

Widodo kemudian memilih jalur kepolisian ke PTIK dan lulus pada 1955, meski dia juga disematkan satu wing penerbang AURI kelas III pada dua dekade (1975) kemudian oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal M. Saleh Basarah Suradiningrat.

Pascalulus dari PTIK, selama tiga tahun kariernya diawali sebagai Kepala Bagian Operasi (Kabagops) Polisi di Purwakarta, di mana Widodo turut serta dalam operasi penumpasan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat.

Widodo juga sempat menggali lagi kemiliterannya dengan sekolah di US Coast Guard Officers Candidate School atau Sekolah Calon Perwira Penjaga Pantai di Amerika Serikat pada 1960. Sepulangnya, Widodo promosi menjadi Kabagops Polisi Jakarta Raya (kini Polda Metro Jaya)

Kariernya pun berangsur melesat. Mulai dari menjadi Panglima Korps Perairan dan Udara (1964), Panglima Daerah Kepolisian II Sumatera Utara (1967), hingga menjadi Kapolda Metro Jaya (1970-1974), serta posisi tertinggi Kapolri (1974-1978).

Semasa menjabat, track record-nya sarat prestasi. Mulai dari inisiator Kantor Bersama 3 Instansi (Samsat) kala menjabat Kapolda Metro Jaya, serta lahirnya Undang-Undang (UU)Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika (disempurnakan jadi UU No. 34 Tahun 2009) semasa menjabat Kapolri.

Bicara pemberantasan korupsi, Jenderal Widodo tak kalah gahar dari para penegak hukum lainnya. Salah satu kasus korupsi yang paling dikenal jadi prestasinya, adalah terbongkarnya kasus proyek pembangunan rumah dengan tersangka (kemudian tervonis) Siswadji.

Semasa masih menjabat Kapolda, Widodo rela menyerahkan anak keduanya, Agus Aditono, ke penegak hukum pada 1973. Kala itu, putra satu-satunya yang masih duduk di bangku SMP itu, terlibat kasus penembakan tidak sengaja yang menewaskan sopirnya, Sugianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya