SOLOPOS.COM - KAPAL IMIGRAN -- Para imigran gelap biasanya menggunakan kapal seperti di foto ini, yang disewa di Indonesia untuk masuk ke wilayah Australia. (news.sky.com)

Wonosari (Solopos.com) – Jumlah imigran gelap yang masuk ke wilayah Gunungkidul dalam perjalanan mencari suaka ke Australia diperkirakan bertambah. Hal ini terkait pengakuan salah satu awak kapal yang disewa untuk menyeberangkan para imigran itu, Rabu (19/10/2011).

KAPAL IMIGRAN -- Para imigran gelap biasanya menggunakan kapal seperti di foto ini, yang disewa di Indonesia untuk masuk ke wilayah Australia. (news.sky.com)

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Salah satu awak kapal yang tertangkap aparat Polres Gunungkidul, Abdullah Laode alias Roy, warga Nusa Tenggara Timur (NTT), kepada Harian Jogja, mengaku ia bersama ketiga rekannnya Ismar Qoshim, Usman Nurdin, Riswanto, yang juga warga NTT dijanjikan mendapatkan Rp 15 juta jika bisa mengantar para imigran sampai ke Pulau Christmas, Australia. Roy yang tinggal di Makassar ini berangkat menggunakan pesawat menuju Jakarta untuk mengantar imigran menggunakan jalur darat.

Hal yang sama juga disampaikan awak lainnya, Ismar Qoshim. Remaja yang tidak lulus SMA ini menjelaskan ia berangkat dari Rote, NTT pada Minggu (16/10/2011) menuju Jakarta menggunakan pesawat dan dibiayai oleh seseorang yang masih dirahasiakan identitasnya oleh pihak kepolisian. Ia dijanjikan mendapatkan uang Rp 15 juta, namun sama sekali belum dibayarkan oleh bosnya. Menurut Ismar, masih ada imigran lagi yang belum datang ke Gunungkidul. Meski demikian ia enggan menyebutkan secara detail keberadaan imigran itu saat ini. Ismar mengaku akan tinggal sebentar di Australia jika upaya perjalanan gelap itu berhasil. Saat ditangkap polisi, ia mengaku ingin kembali ke NTT bertemu orangtuanya yang saat ini masih melaut dan belum mengetahui jika dirinya ditangkap aparat. “Informasinya dari bos memang jumlah total sekitar 50 orang, tetapi baru sampai 17,” ujarnya.

Keberadaan puluhan imigran yang saat ini belum diketahui keberadaannya juga disampaikan oleh Sandra, 50, seorang perantara asal Tangerang. Menurut dia, masih terdapat puluhan yang tersisa dan belum sampai ke Gunungkidul. “Kalau yang merekrut ABK biasanya sepupu saya, biasanya antar-ABK tidak saling kenal. Ada yang diambil dari NTT, Makasar dan wilayah pesisir lainnya,” ujar wanita asal Ambon ini.

Keberadaan imigran yang masih akan datang dalam waktu dekat ini juga diamini oleh Kapolres Gunungkidul AKBP Asep Nalaludin. Meski demikian ia enggan menyebutkan secara detail jumlahnya karena masih menjadi rahasia.
“Kalau saya sampaikan nanti bisa ketahuan oleh mereka. Yang pasti memang ada lagi dalam jumlah yang banyak. Maka kami fokuskan penyelidikan kepada perantaranya ini, karena diduga ada sindikat yang lebih besar,” terangnya.

Sebelum ini diberitakan, aparat Polres Gunungkidul, DIY, Selasa malam kemarin menangkap 17 imigran gelap asal Afghanistan di Hotel Kukup, Pantai Kukup, Gunungkidul. Para imigran itu sempat mengaku sebagai wisatawan, namun ternyata mereka tidak memiliki dokumen perjalanan seperti paspor.

Salah satu imigran Rahmad Hasan yang fasih berbahasa Indonesia mengaku datang ke Pantai Kukup, Desa Kemadang, Tanjungsari pada Senin (17/10/2011) sebagai wisatawan. Meski demikian dia tidak bisa menunjukkan dokumen resmi seperti paspor. “Saya malah ingin kembali ke Jakarta, saya di sini sebagai wisatawan,” kilahnya kepada Harian Jogja, di Hotel Kukup, Desa Kemadang Tanjungsari. Rahmad Hasan bersama 16 rekannya sudah berada di Kukup selama dua hari tak mau mengaku jika kelompoknya akan pergi ke Australia.
“Saya malah ingin kembali ke Jakarta lagi,” ujar pria asal Kabul, Afghanistan yang sempat bertukar sepatu dengan salah seorang wartawan ini.

Terkait dengan pernyataan para imigran tersebut, Kapolres Gunungkidul, AKBP Asep Nalaludin mengatakan para imigran tersebut tetap saja melanggar UU no 6 tahun 2011 tentang keimigrasian. Pihaknya akan menyerahkan para imigran tersebut ke kantor Imigrasi DIY untuk ditindaklanjuti perihal deportasi serta ancaman hukumannya.

Asep menegaskan diduga kuat para imigran itu akan menuju Pulau Christmas, Australia untuk mencari suaka politik. Hal itu terungkap seperti yang diungkapkan keenam perantara WNI yang terlibat membantu memudahkan perjalanan para imigran dalam perjalanan dari Bogor hingga Pantai Kukup, Kemadang Tanjungsari Gunungkidul. “Boleh saja mereka mengatakan sedang rekreasi tetapi tetap saja melanggar. Hanya saja mereka ini juga korban, maka akan kami kembangkan para perantaranya ini,” ujarnya.

JIBI/Harian Jogja/ton/ian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya