SOLOPOS.COM - Peringatan HUT ke-42 PDIP , Sabtu (10/1/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Adimaja)

Jokowi-Mega dikabarkan pecah. Isu tersebut kian berembus saat kongres PDIP lalu.

Solopos.com, JAKARTA – Sebutan petugas partai yang dilontarkan kepada Presiden Joko Widodo oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekanoputri mendapat kritikan dari pengamat politik.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Yunarto Wijaya dari Charta Politika mengatakan sebutan petugas partai tidak sepadan dengan sistem presidensial. Ketika seorang kader partai sudah menjadi presiden, aturan main partai harus berada di bawah Undang Undang dan UUD 1945 yang menempatkan presiden pilihan rakyat.

“Saya pikir presiden juga tak perlu tanggapi lisan apa yang dibicrakan PDI-P menafsirkan petugas partai,” katanya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/4/2015).

Menurut Toto, panggilan Yunarto, partai memiliki hak untuk mengkritik lewat jalur parlemen. Sedangkan presiden berada di semua golongan dan tidak mewadahi kepentingan partai tertentu.

“?Menjadi kader partai itu kan tak serta merta, seorang presiden harus ikuti garis kebijakan partai tertentu saja. Kita juga engak mengharamkan kebijakan partai satu garis dengan partai pendukung,” ujarnya.

Apapun permasalahan komunikasi antara presiden dengan koalisi maupun tidak berkaitan dengan posisi politik presiden yang independen. Dijelaskannya, Jokowi adalah orang pertama yang membuat kebudayaan baru presidensial yang benar.

“Nah jangan sampai tradisi baru yang sudah luar biasa muncul ini jadi keinginan kelompok tertentu bahwa parpol itu pimpinan utama,” papar Toto.

Pertemuan Pengamat

Selasa siang Presiden Joko Widodo mengundang para senior pengamat politik yang memimpin sejumlah lembaga survei di Istana Kepresidenan.

Mereka diminta untuk menyampaikan pandangannya terhadap kondisi bangsa terkini. Para pengamat pun melakukan argumentasi masing-masing salah satunya kenaikan harga BBM, hasil survei bahkan mengkritik hubungan koalisi pendukung Jokowi.

Pengamat yang hadir di antaranya Ikrar Nusa Bhakti, Hanta Yudha, Yunarto Wijaya, Nico Harjanto, Phipip Vermonte, Thamrin Tamagola, Dodi Ambardi, M Qodari dan lainnya. “Enggak minta masukan, ngobrol politik doang,” kata Yunarto di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa.

Menurut Yunarto banyak pengamat saat pertemuan dengan Jokowi melontarkan kritik tentang hubungan koalisi. Namun pria yang akrab disapa Toto itu enggan menjelaskan lebih detil.

Sebelumnya Toto juga pernah diundang oleh Jokowi sendirian saat awal ramai-ramai kisruh lembaga hukum KPK dengan Polri. Waktu itu sedang ramai-ramainya penangkapan pimpinan KPK Bambang Widjojanto oleh Polri. Saat itu Toto diminta pendapatnya tentang perkembangan terkini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya