SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO — Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta masyarakat Indonesia agar tak pernah mengabaikan kekuatan kebersamaan. Sejarah menunjukkan Yugoslalvia dan Uni Soviet yang bercerai-berai tinggal kenangan.

“Padahal dulu keduanya merupakan negara besar. Ini menunjukkan kekuatan kebersaamaan menjadi energi kolektif kita untuk maju,” ujar dia dalam sambutan soft Launching Logo Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di hjalaman Gedung Siti Walidah UMS, Rabu (31/7/2019) malam.

Promosi Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Melambat tapi Prospektif

Hadir dalam acara itu antgara lain Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendi, dan undangan lainnya. Warga Muhammadiyah sebagai umat Islam maupun bangsa tidak akan menjadi maju dan besar jika tercerai-berai.

“Ayat yang tadi dibacakan dalam Surat Ali Imran ayat 103 katanya ayatnya NU dan 104 ayatnya Muhammadiyah tetapi harus menjadi semangat kebersamaan yang autentik,” kata Haedar Nashir.

Menurut dia, ukhuwah yang lahir dari dalam dan konsisten harus wujudkan terutama saat kita berbeda dan di kala beda kepentingan. Dalam keadaan normal biasanya gampang ukhuwah. “Tapi saat kritis bisakah ukhuwah?” kata dia.

Dia mengatakan acara soft launching Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah harus dijadikan momentum untuk menggairahkan selain syiar ber-Muhammadiyah dan Aisyiyah, tapi juga terus melebarkan sayap dakwah Muhammadiyah tak hanya di Indonesia tapi untuk ranah semesta.

“Kita angkat tema muktamar yakni memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Untuk Aisyiyah perempuan berkemajuan untuk peradaban bangsa.

Muhammadiyah, ujar Haedar, bukan akan tapi telah berbuat berkiprah untuk bangsa negara dan umat manusia selama satu abad lebih. Tetapi pihaknya menyadari betul bahwa masih banyak hal yang kurang dalam perjalanan pergerakan Muhammadiyah.

Ke depan Muhammadiyah harus menjadi suluh pergerakan kemajuan umat bangsa dan kemanusiaan semesta. Tantangan yang perlu dijawab setidaknya satu tahun ke depan adalah bagaimana Muhammadiyah dan kekuatan-kekuatan Islam Indonesia menjadi pemandu kehidupan beragama. Yaitu menanamkan benih-benih Islam yang membawa spirit kemajuan dan pencerahan sekaligus. Islam dalam hal ini, kata dia, adalah pembawa damai dan yang membangun kebersamaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya