SOLOPOS.COM - Mahasiswa PPG menerima sertifikat pendidik dan patung sebagai tanda kelulusan yang diserahkan oleh Ketua Program Studi (Prodi) PPG UKSW dan Dekan FKIP UKSW. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sebagai satu dari 79 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara Program Profesi Guru (PPG) menggelar acara bertajuk “Seminar dan Pengucapan Janji Profesi Guru”, Kamis (16/03/2023).

Dalam pengucapan janji profesi guru kali ini, Program studi (Prodi) PPG FKIP UKSW meluluskan 431 mahasiswa pada jenjang Dalam Jabatan (Daljab) dan Pra Jabatan (Prajab), yang digelar secara hybrid.

Ketua panitia pelaksana, Dani Kusuma, M.Pd., menerangkan sebanyak 240 mahasiswa mengikrarkan janji profesi guru secara luring di Balairung UKSW. Sedangkan, secara daring melalui platform zoom meeting diikuti oleh 191 mahasiswa.

“431 lulusan PPG tersebut terdiri dari bidang studi Pendidikan Sekolah Dasar (SD), Pendidikan Konseling, Pendidikan Matematika, bidang studi Taman Kanak-Kanak (TK), Pendidikan Fisika, Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Teknologi Komputer,” terangnya.

Kepala Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Dr. Adita Sutresno, S.Si., M.Sc., mewakili Rektor UKSW didampingi Dekan FKIP Dr. Helti Lygia Mampouw, S. Pd., M.Si., menyerahkan secara simbolis sertifikat pendidik dan patung sebagai tanda kelulusan kepada dua mahasiswa PPG. Kedua perwakilan mahasiswa PPG tersebut yakni Zumrotul Makrufah dan Bagus Endro Lumaksono.

Dr. Adita Sutresno mengucapkan selamat serta menyampaikan pesan kepada seluruh lulusan, untuk memiliki rasa bangga atas capaian yang diperoleh dari kampus yang telah mendapatkan peringkat akreditasi institusi Unggul ini.

“Saya berharap ada kebanggaan. Pengucapan janji profesi tidak hanya sekAdar seremoni melainkan harus dimaknai. Setelah mengucapkan janji profesi guru, bapak dan ibu bertugas menjaga profesi tersebut,” tuturnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Helti Lygia Mampouw. Ia berharap lulusan ini memiliki kebanggaan dalam diri mereka dan menjadi guru yang profesional, berkarakter dan berdaya cipta.

Guru Profesional Bertalenta Unggul

Pengucapan Janji Profesi Guru juga dirangkai dengan seminar yang menghadirkan dua narasumber yakni Ketua Forum Perguruan Tinggi PPG Dr. Agusti G. Tamrin, M.Pd., M.Si., menyampaikan topik “Guru profesional Indonesia di tengah perubahan zaman” dan Ketua Program Studi (Prodi) PPG UKSW Dr. Tri Widiarto, M.Pd., menyampaikan topik “Tantangan dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan”.

Agusti G. Tamrin menyampaikan sistem pendidikan yang berkualitas merupakan jawaban dalam menghadapi tantangan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

“Pendidikan yang berkualitas menjadi kunci utama dalam menghadapi tiga tantangan besar yakni kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia antara lain dengan melahirkan guru-guru profesional melalui PPG,” imbuhnya.

Mengatasi Tantangan Zaman

Lebih lanjut disampaikan oleh Agusti G. Tamrin, selain tiga tantangan besar tersebut, pendidikan Indonesia dihadapkan dengan perubahan perilaku dan kebutuhan dari setiap jenjang generasi. Dua poin penting harus dipahami oleh guru profesional untuk mengatasi tantangan tersebut.

Kedua poin tersebut yaitu guru harus berbekal pengetahuan dan pintar menggunakan teknologi dalam mengajar. Hal ini tak lain agar guru dapat menyiapkan siswa di masa depan serta menguasai teknologi untuk memenuhi tuntutan zaman.

“Perubahan perilaku dan kebutuhan dari setiap generasi menjadi tantangan bagi seluruh guru. Saat ini kita dihadapkan pada generasi Alpha, saat semua hal berbasis teknologi,” katanya.

Agusti G. Tamrin juga berpesan kepada lulusan PPG untuk mengaktualisasi diri dan menjalankan kurikulum pembelajaran yang telah disesuaikan dengan perubahan generasi.

Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Senada dengan Agusti G. Tamrin, Tri Widiarto menerangkan saat ini tantangan utama yang dihadapi oleh guru yaitu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan yakni tidak melakukan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) input-output analisis (yang penting lulus 100%), rendahnya mentalitas guru dan faktor geografis.

“Ada dua tugas besar yang harus dilakukan oleh guru profesional untuk menghadapi tiga faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Pendekatan proses harus dikedepankan sebagai tugas pertama dan alumni PPG wajib menerapkan pendekatan proses dalam PBM sebagai tugas kedua,” katanya.

Tak kalah penting dari dua tugas guru di atas, Tri Widiarto juga menegaskan empat ciri penting yang harus dimiliki oleh guru profesional yakni literasi yang komprehensif, critical thinking, problem solving dan subjek pembangunan.

Rekomendasi
Berita Lainnya