SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang–Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IX Hartoyo mengatakan, produksi gula Jawa Tengah pada tahun 2010 diperkirakan membutuhkan bahan baku sekitar tiga juta ton tebu.

“Jumlah tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan delapan pabrik gula yang berada dibawah koordinasi PT perkebunan Nusantara IX, belum termasuk industri gula swasta,” kata usai rapat kerja dengan Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, di Semarang, Selasa (12/1).

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Ia mengatakan, salah satu penyebab swasembada gula di Jawa Tengah tahun 2009 tidak tercapai, yakni rendahnya produksi tebu di provinsi ini.

Menurut dia, produksi tebu Jawa Tengah lebih rendah jika dibanding Jawa Timur.

Sementara, lanjut dia, luas lahan tebu di provinsi ini tidak mengalami penambahan dari tahun ke tahun.

Untuk mencapai swasembada gula, kata dia, perlu meningkatkan kapasitas produski seluruh pabrik gula, termasuk melakukan revitalisasi sejumlah pabrik yang telah berusia tua.

Pada akhir Januari 2010, lanjut dia, provinsi ini akan “dibanjiri” sekitar 79 ribu ton gula impor.

Persediaan sebanyak itu, menurut dia, mampu mencukupi konsumsi penduduk provinsi ini hingga proses produksi gula berlangsung pada sekitar Maret hingga April 2010.

“Proses lelang gula impor sudah dilakukan di Jakarta dan Jawa Tengah memperoleh sekitar 79 ribu ton,” katanya.

Harga gula impor ini, kata dia, saat tiba di pelabuhan mencapai sekitar Rp 9.000 per kilogram.

Adapun Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Jawa Tengah Fatudin Rosidi mengakui sulit mengembangkan areal baru tanaman tebu di provinsi ini.

Terlebih lagi, kata dia, 70 persen area di Jawa tengah termasuk dalam kategori lahan kering, sehingga berpengaruh terhadap rendemen tebu yang dihasilkan.

“Kondisi ini diperparah dengan sarana irigasi yang kurang,” tambahnya.

Selain itu, menurut dia, perhatian pemerintah kabupaten/kota terhadap sektor pertanian dinilai juga masih rendah. Hal tersebut terbukti dari alokasi anggaran untuk sektor ini yang hanya berkisar antara lima hingga sepuluh persen.

Sementara itu, Sekretaris Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah Yahya Haryoko meminta seluruh pemangku kepentingan masalah pergulaan di provinsi ini untuk mencari solusi untuk memecahkannya.

Menurut dia, masuknya gula impor pada akhir Januari 2010 ini bukan menjadi solusi untuk mengatasi masalah pergulaan, mengingat harga komoditas dari luar ini tetap tinggi di pasaran.

“Kalau di pelabuhan harganya sekitar Rp 9.000 per kilogram, di pasaran harganya dapat mencapai Rp 11.000 per kilogram,” katanya.

Jika begitu, lanjut dia, pemerintah lebih baik mendatangkan raw sugar yang harganya lebih murah, untuk selanjutnya diolah menjadi gula putih.

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya