SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA–Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama siap untuk disalahkan atas terjadinya banjir yang mengepung Jakarta pekan lalu. Meskipun berbagai upaya telah dikerahkan namun kepungan air berwarna coklat tidak bisa dicegah, apalagi tanggul Banjir Kanal Barat (BKB) Latuharhari jebol hingga menggenangi Istana Negara. 

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Apa yang dilakukan selama 100 hari kerja mendampingi Gubernur DKI Joko Widodo terlihat gebrakan yang merubah tubuh Pemprov lebih transparan. Tapi semua program yang dirintis sejak tiga bulan terakhir belum bisa dikatakan sukses. “Selalu sukses gimana? banjir aja setengah mati, kita salah, kita gagal,” katanya di Balai Kota, Rabu (23/1/2013).

Sebenarnya, lanjut Ahok, sudah dikasih tahu bahwa akan terjadi bencana pada Desember 2012. Kebetulan sampai akhir Desember tidak ada banjir besar, dan Ahok sudah senang tidak ada masalah dengan banjir lima tahunan. 

Namun perasaan senangnya berubah seketika saat Jakarta dihantam banjir besar 17-18 Januari 2013 yang menenggelamkan ribuan rumah dan belasan ribu orang mengungsi. Atas bencana itu, Ahok mendapat jawaban tentang bencana besar yang akan melanda Jakarta. 

“Waktu itu sudah dikasih tahu akan ada banjir, tapi kalau lewat Desember kita seneng, ternyata Januari lewat bisa kena. Saya pikir kenanya separah berapa sih, kuncinya di waduk Pluit harus dibereskan,” katanya. 

Atas bencana tersebut Gubernur dan Wakil Gubernur bergerak cepat. Jokowi mengumpulkan Walikot, Camat dan Lurah seluruh DKI Jakarta untuk koordinasi penanganan dan pencegahan banjir Jakarta yang lebih besar. Sementara Ahok mempersiapkan penanganan jangka panjang penataan alur sungai dengan mengumpulkan pakar pakar Sumber Daya Air (SDA).

Jokowi mengingatkan kepada lurah harus menguasai medan. Setiap tepi aliran sungai dilarang untuk mendirikan bangunan agar tidak ingin banjir seperti pekan lalu. Contoh konkrit kesalahan Camat dan lurah yakni membiarkan tepi waduk Pluit berkembang menjadi pemukiman liar. Sampai sekarang ada
17.000 KK yang menempati, dampaknya luas waduk tergusur sampai 20 hektare. JIBI/Bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya