SOLOPOS.COM - Ilustrasi (indoflyer.com)

Jakarta akan tenggelam jika tembol laut dan tanah terus-menerus mengalami penurunan.

Solopos.com, JAKARTA — Jurnalis foto asal Belanda Cynthia Boll dan para penggiat media sosial di Tanah Air meluncurkan kampanye People Behind the Seawall guna meningkatkan kesadaran masyarakat atas potensi tenggelamnya Jakarta akibat penurunan tanah dan tembok laut.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Kampanye yang diinisiasi oleh Utarakan Jakarta tersebut turut melibatkan sejumlah desainer web, editor video, dan penggiat media daring dari DKI Jakarta. Kampanye yang digelar di media sosial Facebook itu dihelat mulai dari 1 Oktober hingga 12 pekan setelahnya.

Menurut Cynthia, Jakarta memiliki potensi untuk tenggelam akibat masalah penurunan permukaan tanah dan kondisi tembok laut yang rentan, serta tidak cukup kuat untuk melindungi kota megapolitan tersebut dari kenaikan permukaan air laut.

“Kampanye ini terinspirasi oleh cerita empat warga di Jakarta Utara; bagaimana mereka sedang berjuang menghadapi banjir, rumah tenggelam, dan pergi ke sekolah saat banjir melanda,” ujar fotografer National Geographic itu belum lama ini.

Dengan kepadatan penduduk mencapai lebih dari 20 juta jiwa, Jakarta merupakan salah satu dari lima kota di dunia dengan populasi terpadat dan berada di ambang tenggelam. Kota-kota lainnya adalah Bangkok, Ho Chi Minh, Shanghai, dan Mumbai.

Jakarta sendiri secara geografis terletak di delta 13 sungai, yang mana 40% dari tanahnya berada di bawah permukaan laut. “Itulah mengapa Jakarta sangat mudah terkena banjir,” lanjutnya.

Diperkirakan, sepertiga dari Kota Jakarta akan terendam air dalam kurun waktu 20-30 tahun ke depan. Para ahli pun diminta memberikan opini mengenai penyebab dan solusi yang dapat diimplementasikan untuk mencegah pemburukan bencana banjir.

Akibat penurunan tanah tersebut, beberapa wilayah Jakarta telah tenggelam pada tingkatan yang cukup mengkhawatirkan, yaitu antara 10-20 cm/tahun. Selain itu, peningkatan populasi dan resapan air bawah tanah juga merupakan kontributor masalah tersebut.

“Dalam menghadapi curah hujan tinggi, banjir yang membawa malapetaka adalah situasi yang segera terjadi di Jakarta. Namun, tingginya air sungai dikarenakan air yang turun dari pegunungan dan menjadi banjir merupakan akibat dari sumbatan dan polusi pada jalan air.”

Untuk saat ini, Jakarta hanya bergantung pada tembok laut berusia 40 tahun yang seharusnya difungsikan untuk menjaga agar laut Jawa tidak meluap ke wilayah Ibu Kota. Tembok tersebut membentang sepanjang 30 km dan telah tenggelam di kedalaman yang cukup mengkhawatirkan.

Tercatat, tinggi dari tembok laut yang ada sekarang pernah ditingkatkan pada 2008. Akan tetapi karena strukturnya yang terus tergerus ombak, tembok laut itu kini hanya dapat memberikan sedikit perlindungan terhadap semburan gelombang besar lainnya.

Bahkan, sambung Cynthia, semburan ombak yang tidak terlalu besar pun tidak cukup kuat ditahan oleh tembok tersebut. Karena permukaan air laut yang naik, tembok laut tenggelam ke dalam endapan tanah lunak yang ditinggalkan setelah surut.

“Topik ini telah dipresentasikan selama lebih dari 20 tahun. Urgensi untuk sadar dan terinformasikan tentang lingkungan dan situasi Jakarta terkini menjadi lebih besar dari sebelumnya,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya