SOLOPOS.COM - Psikoedukasi Kesehatan Mental yang diadakan oleh Data Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Kota Solo di SMPN 6 Solo, Senin (15/5/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, mengatakan karakter dan mental anak-anak dibangun bersama mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat.

“Tetapi di antara keluarga dan sekolah ini jam paling besar di masyarakat, maka masyarakat juga harus turut membantu membangun mental anak,” kata dia kepada wartawan di sela-sela acara sosialisasi kesehatan mental di SMPN 6 Solo, Senin (15/5/2023).

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Meski begitu, peran orang tua dan sekolah juga harus selaras agar siswa memiliki mental yang kuat dan sehat. “Ini kekhawatiran kita kalau rumah sama sekolah tidak nyambung maka di luar itu bisa gelap [masa depannya],” lanjut dia. 

Kolaborasi antara sekolah dan orang tua tidak boleh hanya berhenti pada isu kesehatan mental, keduanya harus berjalan seiring untuk memetakan bakat siswa. Menurutnya siswa kelas SMP belum bisa mengenali dirinya sendiri.

“Sehingga tidak ada jaminan [bisa mangembangkan diri], apalagi anak-anak ini kan belum tahu besok yang mau dicapai apa, mereka masih mencari identitas mereka, arahnya ke mana,” kata dia.

Maka, menurutnya kehadiran guru sebagai pendamping siswa dalam menemukan jati diri, minat, dan bakat, menjadi sangat dekat. Guru harus mau mengenal anak didiknya lebih dekat.

“Saya sampaikan terutama pada guru kelas harus tahu betul dia rumah di mana, temannya siapa saja, dan orang tua karakternya seperti apa,” kata Teguh.

Tujuannya, menurut Teguh, agar guru lebih mudah mengawal anak dari kelas 7 sampai kelas 9 tidak ada kekhawatiran, dia lulus harus diarahkan mau ke SMA atau SMK. “Guru wajib mengarahkan siswa sesuai prestasi yang mungkin belum diminati,” lanjut dia.

Teguh Prakosa menghadiri acara Psikoedukasi Kesehatan Mental yang diadakan oleh Data Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Kota Solo di SMPN 6 Solo.

Kepala SMPN 6 Poernama Irianto mengaku pihaknya merasa terbantu dengan acara tersebut. Dia sengaja memilih siswa kelas 7 dan 8 untuk mengikuti sosialisasi.

“Harapan kami setelah mendapatkan materi ini, anak-anak kelas 7 dan 8 bisa menularkan dengan teman sebaya dan kelas 7 yang baru,” kata dia ketika ditemui, Senin.

Dia juga menginginkan kegiatan seperti ini rutin dan terus berlanjut. Poernama ingin mendorong pengurus OSIS disendirikan lalu diberikan pembinaan lebih lanjut.

“Nanti bisa menjadi bekal untuk disampaikan ke kelas 7 baru pada saat tahun ajaran baru. Jadi ada imbasnya untuk kelas bawah, sehingga tidak selesai sampai di sini saja,” kata dia.

Menurut dia, SMPN 6 Solo sengaja dipilih menjadi tempat sosialisasi kesehatan mental karena memang wilayahnya berdekatan dengan Semanggi.

“Menurut DP3AP2 kan memang banyak anak-anak yang mempunyai problem di wilayah itu. Tapi kalau di SMP 6 Solo, Problem semacam itu hampir tidak ada,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya