ISIS di Indonesia, termasuk Kelompok Santoso, sedang diburu. Namun, Polri menghadapi keterbatasan.
Solopos.com, JAKARTA — Kelompok Santoso ingin menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat dengan menjadikan kelompok masyarakat tertentu sebagai target dari aksinya.
Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saud Usman Nasution, mengatakan kelompok teroris mengalami perkembangan dalam menentukan target dari setiap aksinya. Saat ini, seluruh kelompok teroris di dalam negeri, termasuk kelompok Santoso, mengincar kelompok tertentu dengan motif dan alasan yang jelas.
“Awalnya mereka mencari target dengan korban sebanyak-banyaknya, sekarang targetnya tertentu dengan alasan dan motif yang jelas untuk menimbulkan ketakutan di masyarakat,” katanya di Kantor Presiden, Jakarta, Seni. (21/9).
Saud Usman Nasution menuturkan seluruh institusi terkait akan melaksanakan penyelesaian kasus terorisme di Poso, Sulawesi Tengah, secara komprehensif. Hal tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan penanggulangan terorisme secara terpadu.
Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Presiden Jokowi akan mengeluarkan aturan yang dapat menjadi payung hukum dari setiap operasi gabungan untuk pemberantasan teroris. Kelompok Santoso telah menyerang tiga orang warga Parigi Moutong, yang diduga bertujuan untuk mengganggu pelaksanaan Sail Tomini 2015.
Sementara itu, Jenderal Pol Badrodin Haiti, Kapolri, mengatakan aparat keamanan harus melakukan operasi untuk mengejar kelompok teroris yang dipimpin Santoso. Hal tersebut dilakukan untuk membatasi perkembangan kelompok yang beroperasi di sekitar Gunung Biru tersebut.
“Kalau kami tidak melakukan pengejaran secara intensif, nanti kelompok mereka akan terus berkembang,” katanya di Istana Bogor, Jawa Barat.
Badrodin menuturkan selama ini Polri mengalami kesulitan dalam mengejar kelompok teroris yang dipimpin oleh Santoso. Pasalnya, kelompok tersebut bergerak di dalam hutan dengan luas areal sekitar 60 km. Menurutnya, terbatasnya peralatan komunikasi dan tidak dibekalinya anggota Polri dengan kemampuan survival menjadi penyebab anak buahnya kesulitan mengejar kelompok tersebut.