SOLOPOS.COM - Masjid di Irak yang dihancurkan oleh militan ISIS (foxnews.com)

Solopos.com, SOLO — Sebagian kecil masyarakat muslim Indonesia akhir-akhir ini seolah ikut latah dengan menyatakan dukungan terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Deklarasi dukungan terhadap ISIS dilakukan secara terbuka di sejumlah kota besar Indonesia seperti Malang, Jakarta hingga Solo. Rupanya, hal ini sudah diprediksi sejak jauh-jauh hari.

Bahkan, publikasi dukungan terhadap ideologi ISIS di Soloraya seolah dilakukan secara terang-terangan dengan munculnya sejumlah grafiti dan bendera dukungan terhadap paham yang secara resmi dilarang oleh pemerintah Indonesia tersebut. Sejumlah ulama Indonesia mengatakan bahwa kemunculan dukungan terhadap ISIS ini bukanlah isapan jempol.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Beberapa masyarakat muslim Indonesia diduga sudah menunggu-nunggu kehadiran bendera ISIS di republik Ini. Sehingga, pemerintah diminta tanggap dan segera melakukan tindakan untuk menghilangkan ideologi ISIS agar tidak tumbuh dan berkembang di NKRI.

Jika perkembangan ISIS tidak dipangkas sejak dini, bakal membuat kekacauan keamanan di internal Negara Indonesia karena ISIS diduga sedang berusaha membangun transnasional state seperti yang terjadi di Irak dan SuriahPakar Usul Fiqih Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Ahmad Hafidz, saat ditemui di kediamannya mengatakan bahwa pemerintah terlambat memahami ancaman ISIS.

Seharusnya, ketika kondisi di Timur Tengah kembali bergolak, sudah ada warning kedatangan ISIS di Indonesia. ISIS dipandangnya sebagai bentuk makar terhadap negara yang sah. Sehingga, ketika ada seseorang yang mendeklarasikan diri mendukung ideologi ISIS, secara yuridis dia telah memiliki kewarganegaraan ganda. Pasalnya, sebagai warga negara Indonesia yang sah, pada saat yang sama telah mendeklarasikan diri kepatuhan dan ketaatan terhadap konsep kepemimpinan negara lain dalam hal ini Al-Baghdadi.

Lahirnya ISIS, tambah Hafidz, ialah bacaan realistis atas pergerakan transnasional Islam karena mereka tidak pernah menang dalam sistem demokrasi. ISIS juga ia katakan sebagai langkah bypass transnasional Islam yang ingin me-landingkan khilafah Islamiah sebagai agen pergerakan Islam melawan barat dan kekafiran.

Namun, dalam perjuangannya, ISIS diduga banyak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan konsep pemerintahan Islam, seperti membakar tempat ibadah dan membunuh orang yang dianggap tak sealiran dengannya, termasuk ulama.

“Harus ada pandangan yang sama terhadap ISIS. Jangan hanya dilihat sebagai kekuatan yang mengusung khilafah, yang dikira ISIS memperjuangkan khilafah di Timur Tengah. Dalam perjuangannya [ISIS] tak sejalur dengan pemerintahan Islam. Ini bukan negara perang, tapi negara damai,” tegasnya.

Menurut Hafidz, pemerintah harus membuat keterangan sejelas-jelasnya mengenai ancaman dan risiko penyebaran ISIS. Perkembangan ISIS di Indonesia kemungkinan meluas jika tidak segera diantisipasi. Organisasi islam yang ekstranasionalis pun menurut pandangannya ada kemungkinan turut terpengaruh pada ideologi ISIS. Apalagi eksponen lainnya yang memang sejak dulu selalu menggaungkan khilafah Islamiah di NKRI.

Mimpi membentuk negara Islam dan wacana khilafah Islamiah di Indonesia, menurutnya selalu mengalami jatuh bangun. Dengan adanya bendera ISIS ini dikhawatirkan konsep-konsep tersebut akan semakin kuat karena merasa ada payung yang jelas. Terlebih saat ini kondisi perpolitikan di Indonesia sedang tidak sehat pasca-Pilpres.

“Pemerintah harus membuat keterangan sejelas-jelasnya tentang ancaman dan risiko ISIS kepada masyarakat. Termasuk mengajak bicara para ulama karena otoritas keilmuan kalau bicara Islam di Indonesia masih dipegang ulama,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya