SOLOPOS.COM - Massa dari Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Kota Bandung melakukan aksi unjuk rasa terkait kasus pelecehan Pancasila dan pelecehan budaya Sunda di depan Mapolda Jabar, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/1). Mereka meminta Polda Jabar agar segera memproses hukum dan menangkap Habib Rizieq yang telah melakukan penistaan terhadap simbol negara Pancasila serta pelecehan budaya Sunda yang mempelesetkan bahasa Sampurasun menjadi Campur Racun guna mendukung terciptanya penegakan hukum di Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/Fahrul Jayadiputra)

Kapolri memerintahkan tim Irwasum turun tangan untuk mengusut masalah yang diduga melibatkan FPI dan GMBI.

Solopos.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan tim di bawah pimpinan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri untuk mengusut bentrokan antara massa yang diduga anggota Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) seusai pemeriksaan Rizieq Shihab terkait kasus dugaan penodaan lambang negara, di Polda Jawa Barat, Kamis (12/1/2016) lalu.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Tito meminta publik agar tidak buru-buru menarik kesimpulan terkait pihak yang benar dan salah dalam kasus itu sebelum adanya pemeriksaan secara objektif.

“Saya sudah minta kepada Irwasum untuk menurunkan tim di sana untuk melihat secara objektif masalahnya, tapi jangan dulu memberikan judgment siapa benar siapa salah dulu yang jelas kita tidak inginkan ada peristiwa kekerasan terjadi,” katanya, Rabu di Mapolda Metro Jaya (18/1/2016).

Tito juga mengingatkan bahwa dalam proses penyelidikan maupun penyidikan yang dilakukan polisi, tidak ada yang perlu melakukan mobilisasi massa. Para saksi yang dipanggil oleh polisi cukup datang bersama dengan pengacara.

Bentrok antara FPI dan GMBI berawal dari beredarnya kabar terkait penganiayaan yang dilakukan oleh anggota GMBI terhadap anggota FPI pada saat pemeriksaan Rizieq Shihab di Polda Jabar. Isu ini kemudian berlanjut dengan pengrusakan markas GMBI di tiga wilayah yakni Bogor, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Dalam peristiwa pembakaran markas GMBI di Tasik, polisi mengamankan sekitar 20 orang yang merupakan anggota FPI. Polisi kemudian membebaskan delapan orang karena tidak memenuhi unsur pidana, lima diantaranya adalah anak di bawah umur.

Sementara itu, Kapolda Jabar, Irjen Pol. Anton Charliyan, menjelaskan urutan kejadian sebelum terjadinya keributan tersebut. Awalnya, kata Anton, saat Rizieq diperiksa, situasi massa tidak diwarnai ketegangan sama sekali.

“Justru setelah selesai pemeriksaan, Habib Rizieq kembali. Ada tiga anggota LSM masyarakat Sunda itu pulang, sekitar pukul 16.20 WIB. Tahu-tahu ditarik anggota [beratribut] FPI, dibacok, 1 orang dipukul pakai kayu. Di belakang ada kawan-kawanya, bergerak, tapi bukan GMBI. Ini sudah kita klarifikasi melalui grup Manggala,” kisah Anton dalam wawancara dengan Kompas TV yang ditayangkan pada Selasa (17/11/2017).

Setelah itu, kata Anton, anggota FPI tersebut lari. Pada jarak 40 meter, tepatnya di restoran Ampera, kebetulan terdapat beberapa anggota FPI yang sedang makan sehingga ikut jadi sasaran. Terjadilah keributan di mana terdapat empat anggota FPI yang menjadi korban. Kedua kubu kemudian saling melaporkan kejadian ini ke polisi.

“Setelah itu muncul isu, ada [rumor] kiai diculik, ditusuk, akhirnya terjadilah pembakaran di Bogor, ada rumah pribadi, maupun kantor, termasuk pos GMBI di Tasik. Kalau ada keributan, ya tegang-tegang sendiri, isu dibuat sendiri. Di sini tak ada apa-apa,” kata Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya