SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Program internet masuk kelurahan yang sedianya bisa membantu pelayanan kepada masyarakat masih jauh dari harapan. Banyak desa yang belum tersentuh program itu.

Beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sudah tersentuh, pemanfaatnya juga tidak maksimal. Bahkan berfungsi sebatas untuk internetan aparatur kelurahan.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Di Sleman, program ini baru menjamah 10 desa yang terpasang sejak 2009. Namun sistem di tiga desa di antaranya tidak bisa terhubung karena rusak akibat erupsi Merapi.

Tujuh desa yang masih terhubung dengan internet adalah Tridadi di Sleman, Bangunkerto di Turi, Purwobinangun di Pakem, Wonokerto di Turi, Condongcatur di Depok, Hargobinangun di Pakem, Sardonoharjo di Ngaglik. Sedangkan sambungan internet yang mati karena erupsi adalah Kepuharjo, Umbulharjo dan Glagaharjo di Cangkringan.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Agoes Soesilo Endiarto mengatakan internet desa ini bertujuan untuk pembelajaran masyarakat dan aparatur desa mengenai teknologi. Selain itu, di Sleman teknologi internet membantu pemantauan bencana erupsi Merapi maupun banjir lahar dingin.

“Tujuannya agar masyarakat dan perangkat desa melek internet. Kalau di lereng Merapi untuk pantau bencana,” katanya, Kamis (25/1).

Sedangkan bagi aparatur kelurahan, fasilitas internet diharapkan bisa menjadi fasilitas database kependudukan. Namun hal ini belum terwujud karena belum semua desa terlayani.

Untuk membangun infrastruktur internet ini setiap desa butuh Rp25 juta – Rp30 juta. Dana itu dipakai untuk pasang tiang triangle, antena, grounding, dan bayar jasa setting. Belum termasuk perangkat komputer dan jaringan internal di kantor desa.

Salah satu perangkat desa Purwobinangun Pakem, Tri Suhardi mengatakan internet yang terkoneksi ada tiga unit. Semuanya bisa untuk melihat CCTV aliran Kali Boyong, Opak dan Gendol. Selain itu juga bisa untuk mengakses pajak PBB, maupun layanan lain. “Internet di sini digunakan untuk lihat CCTV, internet juga bisa tapi belum untuk melayani masyarakat,” katanya.

Layanan kepada masyarakat saat ini masih manual. Misalnya pengajuan surat menyurat belum bisa menggunakan data base melalui online.  Sisi negatifnya, keberadaan internet kerap memusingkan IT Sleman. Penggunaan yang berlebihan dari pengakses situs yang tidak berkaitan dengan desa membuat bandwith penuh. “Makanya ada yang bilang server Sleman payah, padahal pemakainya yang tidak ngerti bandwith kami terbatas,” kata Agoes.

Kepala Bidang Komunikasi dan Informatika Sleman, Eka Suryo Prihantoro menjelaskan  pengawasan internet dilakukan dengan memblokir facebook mulai pukul 08.00 WIB sampai 13.00 WIB. IT Sleman juga mencetak log (situs yang dikunjungi) setiap hari dari masing-masing titik. Jika ditemukan ada akses situs porno ataupun tidak penting, dari pusat server langsung diblokir.

Program internet masuk kelurahan belum terealisasi di Jogja dan direncanakan terwujud tahun ini. Kepala Bagian TIT Kota Jogja Sukadarisman menjelaskan pihaknya mewacanakan pemanfaatan bandwidth untuk akses hot spot di lingkungan kelurahan.

Dikonfirmasi Harian Jogja Sabtu (28/1) lalu Suladarisman menjelaskan target penyebaran jaringan internet hingga wilayah kelurahan bisa tercapai tahun ini meskipun belum mencapai seluruh wilayah.

144 Desa Nihil
Di Gunungkidul, program fasilitasi internet masuk kelurahan sampai saat ini belum terdengar. Bahkan Pemkab masih menunggu Pemerintah Pusat merealisasikan janji yang pernah disampaikan beberapa tahun silam.

Kepala Seksi Informatika Dishubkominfo Suparto memastikan sebanyak 144 desa belum terakses layanan jaringan internet. Kondisi ini menyebabkan koordinasi dan informasi antar desa dan pemerintah kabupaten masih menggunakan teknologi lama seperti telepon manual.
“Kami belum mendapatkan program itu. Pernah diwacanakan langsung dari Kominfo Pusat namun sampai saat ini tidak jelas kabar kepastiannya,” ujar Suparto dibenarkan bagian komunikasi Dwijo Winarto.

Kades Wonosari Suwondo mengaku program internet desa pernah diwacanakan sebagai bagian dari program pembentukan Desa Pintar. Desa Wonosari, terpilih sebagai salah satu desa untuk pilot project bersama dua desa di Kecamatan Karangmojo dan Ponjong.

Akan tetapi, program tersebut mandek dan tak jelas rimbanya, sejak Bupati Sumpeno Putro tutup usia. Sampai Desa Pintar dengan fasilitas internet tidak jelas juntrungnya.

Sedangkan di Jogja direncanakan terwujud tahun ini. Kepala Bagian TIT Kota Jogja Sukadarisman menjelaskan pihaknya mewacanakan pemanfaatan bandwidth untuk akses hot spot di lingkungan kelurahan.

Pekan lalu Suladarisman menjelaskan target penyebaran jaringan internet hingga wilayah kelurahan bisa tercapai tahun ini meskipun belum mencapai seluruh wilayah.  “Saat ini masih terus dilakukan pemetaan dan pembahasan soal rencana tersebut. Minimal tahun ini dari target yang ditetapkan akan tercapai,” katanya.

Menurut Sukadarisman pemanfatan jaringan internet di tingkat kelurahan dilakukan dengan menggunakan bandwidth yang setiap tahun telah disewa Pemerintah Kota Jogja.

Untuk operasional akses internet setiap hari, Pemkot menyewa bandwidth sebesar 8,5 mega. Jaringan tersebut disewa penuh selama 24 jam setiap hari. Penggunaan di Balaikota digunakan selama jam kerja, antara pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB.

Pemkot berencana melakukan share jaringan ke wilayah tingkat kelurahan atau kecamatan melalui jaringan hotspot. Dia menjelaskan, sesuai rencana sistem hotspot yang akan di-share ke wilayah bisa diakses di luar jam kerja yakni antara pukul 17.00 WIB-07.00 WIB. Dia menjelaskan dengan kemudahan akses internet tersebut diharapkan wawasan masyarakat akan semakin terbuka luas.(JIBI/Harian Jogja/JIBI/AAN/JON/PAN/TON/END)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya