SOLOPOS.COM - Ghost Fleet (books.google.com)

Isi novel fiksi Ghost Fleet memang mengisahkan Indonesia bubar pada 2030, seperti dikatakan Prabowo Subianto di pidatonya.

Solopos.com, SOLO — Pernyataan Prabowo Subianto dalam pidato yang diunggah akun Facebook Partai Gerindra, Senin (19/3/2018) lalu, bahwa “Indonesia bubar pada 2030” menjadi polemik. Belakangan, diketahui bahwa kalimat Indonesia bubar pada 2030 itu muncul dalam sebuah novel berjudul Ghost Fleet (Armada Hantu) yang terbit pada 2015.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Novel ini merupakan novel fiksi tekno-thriller karya PW Singer dan August Cole. Meski demikian, Prabowo dalam pidato itu menyebutkan bahwa ada kajian di luar negeri yang menunjukkan Indonesia akan bubar.

“Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini. Tapi di negara lain, mereka sudah membikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030,” katanya dalam pidato itu.

Sementara itu jika ditengok alur ceritanya, novel Ghost Fleet menceritakan terjadinya perang dunia ketiga. Hal itu menggambarkan persekutuan Rusia dan China yang menghancurkan kekuatan militer Amerika Serikat (AS) di Pasifik. Wikipedia melansir plot novel ini yang menyebutkan bubarnya Indonesia sebagai salah satu latar belakang cerita. Baca juga: Amien Rais Tuding Lahan Indonesia Dikuasai Asing, Pemerintah Pertanyakan Datanya.

Plot Ghost Fleet

Sebelum kisah yang menjadi inti cerita novel ini, Indonesia diceritakan mengalami keruntuhan menjadi negara gagal setelah perang kedua di Timor. Selain itu, sebuah bom kimia meledak di Dhahran, Arab Saudi, dan menyebabkan kenaikan harga minyak.

Setelah itu, muncul penemuan ladang gas alam di Palung Mariana dan menjadi sumber energi baru China. Lalu terjadi kerusuhan rakyat mengarah pembubaran Partai Komunis China dan negara itu dipimpin pebisnis dan penguasa militer yang dikenal sebagai Direktorat.

China dan Rusia mengembangkan kemampuan mendeteksi kapal nuklir dengan menggunakan radiasi Cherenkov. Teknologi ini membuat China mampu menetralisir kapal-kapal selam nuklir AS. China pun berencana menguasai rangkaian pulau ketiga demi mengamankan dominasi di barat Pasifik.

China lalu meluncurkan serangan siber besar-besaran ke AS. Serangan itu melumpuhkan sistem-sistem pertahanan canggih, termasuk F-35 Lightning yang microchipnya terinfeksi. Selain itu, serangan siber ini juga merusak senjata antisatelit yang membuat GPS serta satelit pengintai tak berfungsi.

Dengan begitu, pasukan Rusia dan drone-drone mereka dengan mudah menyerang pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang. Dengan dukungan Rusia, China mampu merebut Hawaii setelah perang yang memakan banyak korban jiwa. Hawaii kemudian dijadikan sebagai wilayah administrasi khusus oleh China. Serangan itu juga menghancurkan hampir seluruh armada laut AS di Pasifik.

Istilah “ghost fleet” (armada hantu) dalam cerita ini merujuk pada armada AL AS yang masih tersisa dan menggunakan teknologi sederhana. Selain itu, penduduk Oahu, Hawaii, melancarkan perlawanan terhadap pendudukan China dengan membentuk kelompok bernama North Shore Mujahideen (Mujahidin Pantai Utara).

AS kemudian melancarkan strategi baru. Setelah NATO bubar, AS mengakui kemerdekaan Greenland dari Denmark. Sebagai imbalannya, AS bisa menggunakan armada kapal pemecah es Kalaallit Nunaat dan dijadikan sebagai “ghost fleet”. Kapal itu digunakan untuk menembus jalur barat laut Atlantik untuk menyeberang ke Pasifik.

Pada akhirnya, AS diceritakan mampu merebut kembali Hawaii dengan bantuan Komando Operasi Khusus dan pesawat-pesawat tempur lama yang diaktifkan kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya