SOLOPOS.COM - Ilustrasi heroin/dok. Solopos.com

Ilustrasi/dok

VERMONT—Mungkin karena ingin teler secara gratis, seorang perawat di panti jompo nekat mengutil jatah morfin 4 orang pasien. Pasiennya yang menderita kepikunan tak menyadari dosis obatnya dicuri. Untung perbuatan perawat tak bertanggung jawab ini segera terbongkar.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Perawat bernama Dale Kenyon ini sudah berusia 51 tahun dan sebenarnya sudah lama bekerja di rumah perawatan Center Mountain View di Rutland, AS. Dia ditangkap pada bulan Januari lalu setelah administrator panti jompo melaporkan kecurigaan adanya morfin yang disalahgunakan.

Detektif Dennis Menard yang menangani perkara ini mengatakan, hasil pemeriksaan catatan 4 pasien menunjukkan bahwa Kenyon sempat memberikan morfin pada beberapa kesempatan di bulan Desember. Kenyon ditugaskan menyuntik 2 miligram dari botol berisi 10 miligram morfin.

Sesuai protokol, Kenyon seharusnya membuang 8 miligram sisa morfin tersebut. Proses ini membutuhkan kesaksian dan tanda tangan dari perawat lain. Dalam laporan Kenyon, memang ada tanda tangan yang terpampang, tapi tidak cocok ketika disesuaikan dengan tanda tangan staf yang bersangkutan.

Beberapa staf lain kemudian diwawancarai mengenai hal ini sebelum menyimpulkan tuduhan terhadap Kenyon. Walau awalnya menyangkal, Kenyon akhirnya mengaku memalsukan tanda tangan perawat lain dan menyuntikkan 8 miligram sisa kelebihan morfin tersebut untuk dirinya sendiri.

Ketika ditanya motifnya, Kenyon mengatakan bahwa ia dibebastugaskan dari pekerjaan sebelumnya karena atasan merasa kurang puas atas hasil kerjanya sebagai manajer. Dia menjadi depresi dan mulai menggunakan morfin untuk membuat dirinya merasa lebih baik.

“Memastikan penggunaan dan pembuangan obat penghilang rasa sakit dengan tepat adalah pertimbangan utama dalam setiap lembaga medis, apalagi jika berhadapan dengan pasien semisal demensia yang tidak mungkin dapat berkomunikasi dengan staf,” kata Diane Sullivan, wakil presiden Vermont Health Care Association seperti dilansir Rutland Herald, Selasa (5/3/2013).

Untuk mencegah terjadinya pencurian oleh staf atau orang lain, fasilitas panti jompo mengandalkan sistem audit acak, protokol yang ketat dan pengawasan dari pasien. Jika beberapa pasien tidak dapat berkomunikasi secara verbal, Sullivan mengatakan bahwa perawat dilatih untuk mencari isyarat yang menunjukkan bahwa mereka tidak menerima dosis obat yang tepat.

“Jika seorang pasien meringis dengan mata terbelalak dan takut, jika denyut jantung atau tekanan darah tinggi, itu bisa menjadi indikasi mengenai kenyamanannya. Kami sangat menyadari fakta-fakta ketika pasien tidak mampu berkomunikasi dengan kami,” imbuh Sullivan.

Pengadilan pidana Rutland pun mengancam Kenyon dengan hukuman minimal 2 tahun penjara. Namun akhirnya ia dibebaskan setelah pengadilan memerintahkan agar dia tidak mendekati panti jompo tersebut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya