SOLOPOS.COM - ilustrasi laju inflasi (JIBI/Solopos/Dok.)

Inflasi Solo tahun depan diprediksi terpengaruh penghapusan subsidi listrik.

Solopos.com, SOLO — Rencana pemerintah mengurangi subsidi dan menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) dinilai akan menunjang inflasi pada awal tahun depan. Hal ini karena daya 900 VA akan mengalami kenaikan tarif.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Bagus Rahmat Susanto, mengatakan bobot sumbangan TTL terhadap inflasi sebanyak 3,28% dengan bobot tertinggi adalah daya 450 VA dan 900 VA. Oleh karena itu, apabila tarif daya 900 VA naik, tentu akan berimbas pada inflasi.

“Belum tahu kenaikan tarifnya berapa sehingga belum bisa diperkirakan sumbangan inflasinya tapi yang pasti akan berimbas karena pelanggan 450 VA dan 900 VA itu adalah yang paling banyak,” ungkap Bagus di kantornya, Senin (2/11/2015).

Manager Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Surakarta, Purwadi, menyampaikan pelanggan 450 VA dan 900 VA sebanyak 90% atau sekitar 1,17 juta pelanggan dari total pelanggan 1,3 juta.

Dia mengakui selama ini ada masyarakat mampu tapi menjadi pelanggan golongan R1 (450 VA dan 900 VA). Padahal golongan tersebut mendapat subsidi dari pemerintah. Oleh karena itu, dia mengatakan pendataan ulang ini perlu bekerja sama dengan pihak terkait yang lebih paham mengenai data masyarakat miskin dan layak menerima subsidi.

“Melalui pendataan dan penataan pelanggan ini, yang tergolong mampu harus meningkatkan daya menjadi 900 VA atau 1.300 VA atau tetap di daya yang sama tapi dengan tarif yang berbeda [tidak subsidi],” kata Purwadi secara terpisah.

Sementara itu, Bagus mengatakan inflasi Solo pada September sebanyak 0,26%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,45%. Menurut dia, capaian tersebut cukup tinggi karena Solo menempati urutan ke-66 dari 82 kota yang dihitung indeks harga konsumen (IHK) atau inflasinya.

Dari tujuh kelompok, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok delfasi, yakni kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,02%. Deflasi pada kelompok tersebut disebabkan adanya penurunan harga solar dan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.

“Beras menjadi penyumbang inflasi paling besar pada bulan ini, yakni 0,16% sedangkan berbagai jenis cabai mengalami penurunan, seperti cabai rawit, cabai merah, dan cabai hijau,” kata dia.

Meski begitu, dia menilai harga beras akan berangsur normal karena pada pekan ketiga dan keempat menurun. Selain itu, meski tidak dalam jumlah besar, beberapa wilayah mengalami panen bahkan cadangan beras di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta pun masih mencukupi untuk beberapa bulan.

“Akhir tahun biasanya inflasi tapi November dan Desember ini diperkirakan tidak akan terlalu tinggi karena harga cabai dan bawang kecenderungan masih turun. Bahkan pemerintah juga sedang mewacanakan peninjauan harga BBM yang kemungkinan bisa kembali turun,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya