SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Pemerintah Indonesia menolak tawaran impor ayam dari Malaysia karena saat ini potensi produksi unggas di dalam negeri masih bisa dioptimalkan untuk mencukupi kebutuhan nasional.

Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian, Tjeppy D Sodjana, di Jakarta, Jumat (15/1), mengatakan, ketika bertemu dengan Menteri Pertanian, Suswono, Kamis (14/1) di Jakarta,  Menteri Pertanian dan Azas Industri Malaysia, Noh Bin Omar menyatakan, Malaysia berminat mengekspor produk unggas mereka ke Indonesia dengan alasan negara tersebut telah bebas Flu Burung.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

“Sesuai dengan Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan disebutkan kalau produksi dalam negeri sudah mencukupi maka tidak diperbolehkan melakukan impor produk tersebut,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) no 20 tahun 2009 ditegaskan selama produksi dalam negeri belum mencukupi boleh impor namun jika sudah mencukupi harus dihentikan.

Dirjen menyatakan, saat ini, produksi ayam dalam negeri berupa DOC (Day Old Chicken) atau anak ayam mencapai 17 juta ekor per minggu.

Sementara itu, tambahnya, kapasitas produksi mencapai 40 juta ekor DOC per minggu sehingga produksi saat ini masih bisa dioptimalkan.

“Sedangkan kebutuhan daging ayam nasional tergantung musim, biasanya menjelang dan saat hari raya permintaan tinggi,” katanya.

Menurut dia, Kementerian Pertanian siap melakukan program restrukturisasi perunggasan untuk mengoptimalkan produksi dalam negeri.

Salah satunya yakni melakukan kompartemenisasi produksi unggas yang disertifikasi bebas penyakit sehingga produsen bebas memperdagangkan produknya ke luar daerah atau luar negeri.

Selain itu juga akan menyusun rancangan kebijakan yang mampu mendorong produksi unggas dalam negeri untuk memanfaatkan pasar potensial di masyarakat kota-kota kecil maupun pedesaan.

“Selama ini semua pasar unggas terpusat ke kota besar dalam bentuk ayam hidup, sementara daerah-daerah terpencil tidak dilirik produsen ayam,” katanya.

Kondisi tersebut menyebabkan persaingan perdagangan produk ternak unggas di kota besar sangat ketat padahal potensi pasarnya kecil, di sisi lain potensi pasar produk unggas di kota-kota kecil maupun daerah pedasaan masih begitu besar.

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya