SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan orasi ilmiah peringatan Dies Natalis Ke-52 Universitas Negeri Semarang (Unnes) di kampus Sekaran, Semarang, Jateng, Kamis (30/3/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

INDEFF menilai predikat layak investasi Indonesia dari S&P tak lepas dari Sri Mulyani.

Solopos.com, JAKARTA — Sepertinya, Pemerintah boleh berpuas hati dan semakin optimis dalam menetapkan asumsi makro untuk 2018. Pasalnya, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors (S&P) menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi atau Investment Grade.

Promosi BRI Peduli Ini Sekolahku, Wujud Nyata Komitmen BRI Bagi Kemajuan Pendidikan

Menanggapi hal itu, ekonom Indef Dzulfian Syafrian mengatakan salah satu alasan lembaga tersebut meningkatkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi karena turunnya risiko fiskal.

“Apa yang menjadi alasan mereka menaikkan peringkat utang kita, sebenarnya dari judulnya sudah jelas yaitu turunnya resiko fiskal. Risiko fiskal ini kan turun pasca masuknya Bu Sri Mulyani dalam kabinet kerja. Setelah beliau masuk, beliau langsung potong-potong anggaran yang tidak perlu, memasang target yang jauh lebih realitis,” ujarnya kepada Bisnis/JIBI, Jumat (19/5/2017).

Kendati demikian, jika dalam merancang APBN 2017 Pemerintah memasang target yang lebih realistis, khususnya dalam hal penerimaan negara, maka resiko fiskal dalam beberapa tahun terakhir tidak akan memburuk. Dia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan utama fiskal Indonesia adalah shortfall anggaran di mana target penerimaan meleset jauh dari realisasi.

“Melesetnya target penerimaan ini utamanya karena sikap ‘keras kepala’ Pak Presiden yang ngotot mau menggenjot penerimaan negara. Padahal realitas ekonomi tidak semudah itu, penerimaan perpajakan kita cenderung stagnan, faktor eksternal yang tidak mendukung yaitu jatuhnya harga minyak sehingga berpengaruh terhadap penerimaan negara dari sektor migas. Oleh karena itu, andai Pemerintah tidak blunder menetapkan target-target penerimaan pada RAPBN sebelumnya, mungkin S&P telah menaikkan peringkat utang kita dari beberapa tahun sebelumnya,” tukasnya.

Meski demikian, dia mengakui kenaikan peringkat Indonesia dapat menjadi poin positif untuk meningkatkan investasi lantaran para investor melihat ada perbaikan fundamental dalam perekonomian Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya